LUWU UTARA, NARASIBARU.com – Hingga Kamis, (16/7) pagi, data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Luwu Utara menyebut, ada 24 orang meninggal dan sebanyak 69 orang hilang akibat banjir bandang yang menghantam beberapa Kecamatan di Luwu Utara (Lutra), pada Senin 13 Juli 2020 lalu.
Sementara, upaya pencarian orang masih terus dilakukan termasuk membuka akses jalan. Yang tertutup lumpur akibat dati banjir bandang tersebut.
Kepala BPBD Lutra, Muslim Muchtar menuturkan, penanganan yang ada, hampir semua relawan baik Basarnas dan BPBD di empat kabupaten/kota di Luwu Raya membantu dengan demikian juga daerah lainnya.
“Untuk fokus pada hari ini pada pencarian orang hilang dari data yang ada 69 orang yang hilang kemudian yang ditemukan meninggal itu ada 24 orang, kemudian 5 diantaranya kita tidak terdeteksi. Oleh karena itu kita fokus dibawah pimpinan Basarnas,” ujarnya.
Gubernur Sulawesi Selatan, Nurdin Abdullah memberi respon dengan cepat banjir bandang yang terjadi dan mengirimkan bantuan ke lokasi tersebut. Dia juga turut prihatin atas korban jiwa yang meninggal. Serta bersama berbagai pihak bahu-membahu malakukan penanganan dan upaya pemulihan.
“Atas nama pemerintah menyampaikan bela sungkawa sedalam-dalamnya atas musibah banjir yang menelan korban jiwa. Semoga almarhum mendapat tempat yang layak di sisi Allah,” ucap Nurdin, saat melakukan kunjungan langsung di Lutra.
Sementara itu, Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani menjelaskan, hati ini fokus membuka akses jalan yang masih terisolir terutama di akses jalan Nasional.
“Mengingat inikan urat nadi lalu-lintas dan perekonomian, terutama untuk mendistribusikan logistik pada beberapa wilayah pengungsian di Kabupaten Luwu Utara,” kata Indah.
Indah menambahkan, bantuan bagi warga terisolir sudah dapat dilakukan dengan menggunakan kendaraan rida dua. “Misalnya di daerah pegunungan, di Kota Masamba mengingat memang aksesnya terputus. Jadi baik jembatan gantung dan jembatan betonnya terputus jadi kami cari jalan pegunungan,” ucapnya.
Indah menambahkan, bantuan bagi warga terisolir sudah dapat dilakukan dengan menggunakan kendaraan roda dua.
“Misalnya di daerah pegunungan, di Kota Masamba mengingat memang aksesnya terputus. Jadi baik jembatan gantung dan jembatan betonnya terputus jadi kami cari jalan pegunungan,” ujarnya. .
Selain itu, sebut Indah, penenganan warga di pengunsian juga menjadi perhatian termasuk di tengah pandemi Covid-19. Status terbaru penularan Covid-19 resiko rendah.
“Kondisinya, jadi teman-teman kami sudah membentuk di lapangan posko kesehatan terkait. Termasuk dalam rangka mengedukasi masyarakat agar kembali mau menjaga jarak, walaupun sangat berat kondisinya,” tuturnya. (Saddam)