Narasibaru.com – Salah satu cara membantu pertumbuhan tanaman adalah dengan menggunakan pupuk. Selain penggunaannya yang cukup mudah, ada beberapa jenis pupuk yang bisa diolah sendiri, misalnya kompos.
Sayangnya, meski bisa membantu meningkatkan produksi tanaman, pupuk ternyata memiliki efek samping. Apalagi, jika yang digunakan adalah pupuk kimia. Namun jangan salah, pupuk organik pun memiliki kekurangan.
Dilansir dari laman distan.sukabumikota.go.id, biasanya pupuk organik—terutama pupuk kandang—masih mengandung biji-bijian tanaman pengganggu. Biji-bijian tersebut berasal dari makanan ternak yang tidak tercerna dengan baik.
Selain itu, kandungan unsur hara dalam pupuk organik masih sulit diprediksi, serta respon tanaman yang cukup lambat. Sedangkan pada pupuk kimia, penggunaan jangka panjangnya justru bisa saja merusak kondisi tanah tempat tumbuh tanaman itu sendiri.
Ada lagi hal lain yang membuat petani tak bisa leluasa menggunakan pupuk, yakni kelangkaan. Kondisi ini tentu saja meresahkan para petani. Selama ini, mereka cukup bergantung dengan penggunaan pupuk untuk tanaman mereka.
Melihat situasi tersebut, Aswar, seorang pemuda alumni Teknologi Pertanian UNM, tergerak untuk memecahkan masalah di sektor pertanian ini.
“Bukannya bapak dan ibu petani tidak tahu akibatnya, tapi belum ada solusi yang tepat untuk mengatasi masalah ini,” kata lelaki bernama lengkap Baso Aswar Azis tersebut sambil tersenyum, selepas penjelasannya mengenai kekurangan pupuk kimia.
Menciptakan PUTANIK PLUS
Usai pemaparan akan keresahannya dengan situasi yang dialami petani saat ini, Aswar, yang juga Putra Daerah Kabupaten Luwu utara tersebut, kemudian menawarkan solusinya, yakni PUTANIK PLUS.
Usaha pupuk yang diolah dari bahan-bahan dasar organik ini awalnya dirintis pada 2009. Saat itu, mereka masih menggunakan nama Super 21. Produk tersebut masih dalam bentuk pupuk murni. Namun, permintaan masyarakat terhadap pembasmi hama juga cukup tinggi meski harganya tidak jauh beda dengan pupuk.
Melihat kondisi tersebut, formula pembasmi hama lalu ditambahkan ke dalam pupuk Super 21. Kemudian, namanya diganti menjadi PUTANIK PLUS. Pada 2010, formula penyubur tanaman sekaligus pembasmi hama tersebut mulai dipasarkan.
Menurut Aswar, Pupuk Organik PUTANIK Plus ini multifungsi, bisa digunakan di lahan pertanian maupun perikanan. Dengan demikian, ia menganggap hal ini mampu mengatasi masalah pertanian tersebut.
“Ini adalah terobosan sekaligus solusi yang kami hadiahkan untuk petani. Dengan harga yang sangat murah, kami harapkan bisa dijangkau untuk semua lapisan petani,” kata Aswar.
Aswar menjelaskan, keunggulan lain PUTANIK PLUS ini selain mampu menghemat pemakaian pupuk dasar hingga 50%, juga mampu mempercepat masa panen, memperpanjang umur tanaman, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap hama, serta meningkatkan produktivitas tanaman sebanyak 40-100%.
Lebih lanjut, kata Aswar, penggunaan PUTANIK PLUS di lahan perikanan dapat menumbuhkan lumut dengan cepat. Dengan demikian, penggunaan kotoran ternak di lahan perikanan bisa ditekan sampai 80%. Selain itu, pupuk ini juga mampu menaikkan bobot ternak karena meningkatkan nafsu makan ikan/ udang.
Saat ini, fokus pasar PUTANIK PLUS masih berada di wilayah Sulawesi Selatan. Namun, produk ini ternyata sudah menjangkau hingga pasar Kalimantan, Ambon, dan Flores.
Aswar berharap, kehadiran PUTANIK PLUS bisa benar-benar menjadi solusi untuk para petani. Selain itu, dukungan pemerintah dalam pemasaran produk. Sebab menurutnya, produk ini merupakan karya lokal yang harus didorong dan dibesarkan bersama. Selain itu, juga sebagai upaya mendorong dan memberdayakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang ada. (**)