Selasa, Januari 26, 2021
Terdepan Menarasikan Peristiwa
  • Login
  • Teras
    • Hukum
    • Politik
    • Sosial
    • Ekobis
    • Kesehatan
    • Olahraga
      • Bola
  • NarasiKita
  • Narator
    • Resensi dan Referensi
    • Opini
    • Cerpen
    • Puisi
  • Sains
  • Narasi Art Space
  • VideoNew
No Result
View All Result
  • Teras
    • Hukum
    • Politik
    • Sosial
    • Ekobis
    • Kesehatan
    • Olahraga
      • Bola
  • NarasiKita
  • Narator
    • Resensi dan Referensi
    • Opini
    • Cerpen
    • Puisi
  • Sains
  • Narasi Art Space
  • VideoNew
No Result
View All Result
Home Sosial

Kontroversi Sertifikasi Da’i, Kakanwil Kemenag: Banyak Penceramah  Lahir di Medsos

Narasibaru Narasibaru
Rabu, 23 September 2020
Kategori Sosial
0 0
0

Diskusi publik yang digelar Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Makassar, di Hotel Aston, Rabu (23/9/2020). Foto: Ihsan Ismail

32
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter
ADVERTISEMENT

NARASIBARU.com – Belakangan ini santer kabar mengenai program sertifikasi Da’i. Hal tersebut diusulkan oleh Menteri Agama, Fachrul Razi. Awalnya, usulan ini mendapat sejumlah penolakan dari Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) keagamaan.

Melalui diskusi publik yang digelar Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Makassar, di Hotel Aston, Rabu (23/9/2020), Kepala Kantor Wilayah Kementrian Agama (Kemenag) Sulsel, Drs Khaeroni, mengatakan program ini berawal dari perencanaan mereka pada tahun 2018. Ini didasari kemunculan penceramah-penceramah media sosial (medsos).

“Program ini didasari karena pada tahun 2018 muncul banyak penceramah yang selama ini lahir di medsos. Di Metro TV misalnya, penceramah agama yang menulis Al-Quran saja salah,” kata Khoiruni

Ia melanjutkan, banyaknya penceramah yang dianggap tidak berkompeten akan memengaruhi pandangan keagamaan para alim ulama.

BACAJUGA

Terapi Donor Plasma Konvalesen, Parepare Kini Punya Alat Apheresis

Mapala UMI Tembuskan Bantuan ke Daerah Terisolir Sulbar

“Akibatnya, jangan sampai para alim ulama yang hadir di ruangan ini terkontaminasi, akibat beberapa penceramah yang dinilai secara kualitatif belum memenuhi standar,” lanjutnya.

Lebih lanjut Khoiruni menjelaskan, pada tahun yang sama dibuatlah kesepakatan antara MUI dan Kemenag. Kemudian, dengan munculnya program ini maka lahirlah 200 penceramah yang bersertifikat.

“Di tahun 2019 itu terus berlanjut. Lalu 2020 juga dilanjutkan. Hanya saja, karena secara kebetulan di era sekarang sedang terkena musibah corona, sehingga program itu sempat terhenti dan dimunculkan kembali kira-kira setelah ada istilah New Normal,” pungkasnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum MUI Sulawesi Selatan, Prof Abdul Rahim Yunus yang juga sebagai narasumber pada diskusi ini, beranggapan bahwa sertifikasi itu merupakan hal yang biasa.

“Saya contohkan, kita dosen dan guru justru kita marah kalo tidak disertifikasi. Perlu kita luruskan, sertifikasi da’i atau da’i bersertifikat? Yang dibahas di sini sertifikasi da’i. Bahkan makna yang sama yang dilakukan kemenag, jikalau dikatakan Bimtek, penceramah agama-agama bersertifikat,” katanya.

Prof Abdul Rahim Yunus, yang juga guru besar UIN ini, menuturkan kalau para da’i atau penceramah akan ketinggalan jika tidak disertifikasi seperti dosen dan guru. Sebab menurutnya, kualitas penceramah tidak bisa diukur.

“Makanya guru dan dosen berlomba-lomba, kalau tidak dipenuhi ya harus dipenuhi. Kalau tidak lulus sertifikasi tidak bisa jadi pegawai tetap. Begitu pentingnya yang namanya sertifikasi guru atau dosen dan tidak ada yang mempermasalahkan,” lanjutnya.

Ia mengakui kalau dirinya sudah mengikuti program ini. Sebenarnya, Kemenag bukannya tidak bermaksud melakukan program seperti yang diisukan publik. Karena sifatnya, program ini seperti bimbingan teknis penceramah agama bersertifikat.

“Kemenag tidak bermaksud mengadakan sertifikasi da’i atau penceramah, tapi akan mengadakan penceramah agama yang memiliki sertifikat. Sama seperti kegiatan lainnya, yang dikasih penghargaan karena mengikuti kegiatan. Kenapa kita tolak?” tutupnya.

Penulis: Ihsan Ismail

Tags: Kemenag SulselKontroversiMUI SulSelSertifikasi Da'i
ShareTweet
ADVERTISEMENT
Previous Post

Produk UMKM akan Dijual di Swalayan untuk Memancing Minat Wisatawan

Next Post

Program Sertifikasi Da’i Jadi Polemik Karena Isu Radikalisme

Related Posts

Sosial

Terapi Donor Plasma Konvalesen, Parepare Kini Punya Alat Apheresis

Minggu, 24 Januari 2021
Sosial

Mapala UMI Tembuskan Bantuan ke Daerah Terisolir Sulbar

Sabtu, 23 Januari 2021
Sosial

Peduli Gempa Mamuju, Masyarakat Bantaeng Bersatu Berikan Bantuan

Sabtu, 23 Januari 2021
Sosial

Penyerahan 526 SK PNS, Rudy Djamaluddin: Mereka Bisa Jadi Educator Covid-19

Jumat, 22 Januari 2021
Sosial

SD se-Kecamatan Manggala Galang Bantuan Untuk Korban Gempa Sulbar

Jumat, 22 Januari 2021
Sosial

Sulsel Pulangkan 102 Pengungsi Asal Jawa yang Terdampak Gempa Sulbar

Kamis, 21 Januari 2021

NARASI POPULER

Hina Polisi di Medsos, Pria Bertato di Gowa Ini Akhirnya Nginap Dikantor Polisi  

Senin, 10 Agustus 2020

Ditikam Suami Karena Menolak Diajak Ke Pengadilan

Rabu, 19 Agustus 2020

Bocah 8 Tahun di Maros Tewas Ditabrak Truk Angkutan Material

Senin, 10 Agustus 2020

Makassar Racing Minta Sirkuit di Hari Sumpah Pemuda

Rabu, 28 Oktober 2020

Nurdin Abdullah Batal Jadi Penerima Vaksin Pertama Sulawesi Selatan

Kamis, 14 Januari 2021
  • Home
  • Karir
  • Redaksi
  • Privacy Policy
  • Iklan
  • Siber
  • Kode Etik
  • Tentang Kami

© 2020 PT. SHAFIYAH ELFAMA ABADI

No Result
View All Result
  • Login
  • Teras
    • Hukum
    • Politik
    • Sosial
    • Ekobis
    • Kesehatan
    • Olahraga
      • Bola
  • NarasiKita
  • Narator
    • Resensi dan Referensi
    • Opini
    • Cerpen
    • Puisi
  • Sains
  • Narasi Art Space
  • Video

© 2020 PT. SHAFIYAH ELFAMA ABADI

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Sign Up with Facebook
OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In