NARASIBARU.com – Jelang akhir tahun, kebutuhan masyarakat akan konsumsi bahan bakar miyak (BBM) menyebabkan kelangkaan. Menurut Kepala Dinas Energi & Sumber Daya Mineral Sulawesi Selatan, Andi Irawan Bintang, hal ini berlaku pada BBM subsidi baik jenis tertentu maupun penugasan.
Hal tersebut ia sampaikan pada sesi tanya jawab dalam acara Sosialisasi Implementasi Sub Penyalur dan Penyalur Mini. Kegiatan itu dilaksanakan oleh Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), di Hotel Rinra, Kamis (01/10/2020).
Menurutnya, kelangkaan BBM memang selalu terjadi setiap jelang akhir tahun. Khususnya yang subsidi, baik JBT maupun JBKP. Biasanya, hal ini dipengaruhi oleh kebutuhan masyarakat yang meningkat.
Sementara, untuk tabung gas LPG 3 kg sendiri saat ini justru terjadi pembengkakan konsumsi. Utamnya karena ada kebutuhan pertanian. Pengalihan dari yang tadinya menggunakan BBM cair. Cara ini memang bisa menghemat biaya 2 hingga 3 kali lipat.
“Hal ini yang harus jadi perhatian, khususnya kepada petani. Selain itu ada juga nelayan yang menggunakan LPG. Jadi ini alasan, yang menjadi alasan bagi kami meminta untuk diadakan penambahan kuota,” ujarnya.
Ia bahkan sempat menyampaikan, ketika BBM langka, jika bukan pihak Pertamina maka ia dan jajarannya yang menjadi bulan-bulanan.
“Kami dari pemerintah, biasanya bersama pertamina, kalau terjadi kelangkaan yang menjadi bulan-bulanan. Kalau bukan pertamina, ya kami,” kata Andi Irawan.
Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Tim BPH Migas, Johannes Renyut menanggapi bahwa hal menyangkut kelangkaan itu tidak ada, yang terjadi hanya keterhambatan.
“Kami dari BPH Migas melihat, sebenarnya tidak ada kelangkaan. Kendaraan atau mobil operasional Pertamina itu biasanya menghadapi kendala dalam menyalurkan BBM di tiap-tiap daerah. Biasanya faktor cuaca juga menentukan, seperti hujan bahkan banjir, maupun kendala teknis lainnya. Jadi tidak ada kelangkaan, hanya kehambatan kendaraan di jalan’.
Rizal Bangijo, yang juga tim BPH Migas dan bertindak sebagai moderator pada acara ini menambahkan, faktor kelangkaan bahan bakar subsidi bisa disebabkan karena peruntukannya yang salah sasaran.
“Yang ekonominya sudah maju, ya kami harap jangan membeli yang bukan haknya. Sehingga kelangkaan-kelangkaan yang dikhawatirkan bisa diminimalisir,” katanya.
Penulis: Ihsan Ismail