Rabu, Januari 20, 2021
Terdepan Menarasikan Peristiwa
  • Login
  • Teras
    • Hukum
    • Politik
    • Sosial
    • Ekobis
    • Kesehatan
    • Olahraga
      • Bola
  • NarasiKita
  • Narator
    • Resensi dan Referensi
    • Opini
    • Cerpen
    • Puisi
  • Sains
  • Narasi Art Space
  • VideoNew
No Result
View All Result
  • Teras
    • Hukum
    • Politik
    • Sosial
    • Ekobis
    • Kesehatan
    • Olahraga
      • Bola
  • NarasiKita
  • Narator
    • Resensi dan Referensi
    • Opini
    • Cerpen
    • Puisi
  • Sains
  • Narasi Art Space
  • VideoNew
No Result
View All Result
Home NarasiKita

Menghilang: Jurus Andalan Nurdin Abdullah Ketika Disambangi Istri Para Nelayan Kodingareng

Narasibaru Narasibaru
Selasa, 06 Oktober 2020
Kategori NarasiKita
0 0
0

Aksi damai istri para nelayan Kodingareng didampingi Aliansi Selamatkan Pesisir (ASP) di depan kantor Gubernur Sulawesi Selatan, Jalan Urip Sumohardjo, Selasa (06/10/2020). Foto: Ihsan Ismail

502
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter
ADVERTISEMENT

“Pak Gubernur mestinya melihat mata pencaharian warga Kodingareng bertumpu pada hasil laut. Kalau laut dikasih rusak, sama halnya pemerintah membunuh warganya sendiri secara perlahan”.

NARASIBARU.com – Puluhan istri nelayan Kodingareng menggelar aksi damai. Mereka didampingi Aliansi Selamatkan Pesisir (ASP) di depan kantor Gubernur Sulawesi Selatan, Jalan Urip Sumohardjo, Selasa (06/10/2020).

Massa aksi menantang Nurdin Abdullah untuk keluar dan turun langsung menghadapi mereka. Menurut Sita, salah satu istri nelayan Kodingareng, aksi ini bertujuan menagih janji Gubernur yang katanya mengundang mereka untuk bertemu. Namun, meski ini merupakan aksi yang ke sekian, Gubernur belum pernah merespon sama sekali.

Padahal, Gubernur acapkali berkoar di media untuk meminta masyarakat Kodingareng datang langsung untuk berdiskusi.

BACAJUGA

KontraS Sebut Calon Kapolri Gagal Ungkap Kasus Novel Baswedan

Tingkatkan Layanan Kesehatan, Bantaeng Kini Sudah Memiliki Rumah Sakit Ibu dan Anak

“Masa saya ketemui kalian? Kamu, dong yang temui saya,” ucap Sita, meniru perkataan Gubernur. “Sekalinya kita datang, dia malah bersembunyi. Kalau memang laki-laki, tolong keluar hadapi kami,” lanjutnya.

Sita mengeluhkan tindakan Gubernur cuma bisa bicara di kursi jabatannya. Sementara penambang pasir laut, yang dilakukan PT. Boskalis, diketahui telah mendapat persetujuan resmi pihak pemerintah.

“Sudah berbulan-bulan kami rasakan dampak tambang pasir laut. Untuk apa kami ke sini kalau memang tidak berdampak. Beberapa nelayan sudah tenggelam, kapalnya dibalik dan dikriminalisasi oleh Polairud. Lebih utama itu pak Gubernur, kalau ingin membuat kebijakan di pulau kami, sebisanya undang kami para warga. Karena yang merasakan dampaknya ya tentu kami semua para nelayan, bukan pemerintah,” katanya kepada Narasibaru.com.

Kondisi Laut Berubah, Lahan Hidup Malah Merenggut Nyawa

Menurut Sita, selama ada PT. Boskalis, penghasilan para suami sebagai nelayan hanya Rp 20 ribu. Bahkan nihil. Ombak di sekitar wilayah tangkap nelayan pun semakin besar. Akibatnya, ada nelayan tenggelam yang sampai sekarang tidak ditemukan jasadnya, meskipun telah dilakukan penelusuran di wilayah penambangan pasir.

“Sudah 5 orang juga yang meninggal di situ. Tenggelam karena gelombang besar. Memang biasanya kalau musim (angin. Red) timur itu, ombak sangat besar, tapi tidak sebesar sekarang ini. Sekarang suami kami sama sekali tidak bisa melaut. Keruh di mana-mana”.

Massa aksi meminta kepada Gubernur untuk datang meninjau langsung pulau Kodingareng. Melihat dampak yang ditimbulkan karena aktivitas tambang pasir laut.

“Teruntuk pak Gubernur, kami tantang untuk temui kami. Janjinya kalau sudah ada data kajian dia akan datang. Karena kalau cuma duduk di kursi, dia cuman bilang kondisi laut baik-baik saja. Silakan coba datang ke pulau,” ujar Sita.

Sementara itu, Muhaimin Arsenio selaku koordinator aksi yang juga perwakilan ASP, mengatakan bahwa tujuan aksi ini juga untuk memasukkan surat protes. Mereka menuntut pencabutan dan penghentian sementara ijin tambang wilayah Copong di Galesong Utara.

“Hampir 7 bulan, kegiatan tambang pasir ini bukannya memberi solusi tapi menambah penderitaan masyarakat yang dirasakan di pulau kodingareng. Makanya, berkali-kali kami datang di sini untuk menyampaikan apa yang menjadi keluhan masyarakat. Kami, sebagai aliansi pendamping masyarakat nelayan Kodingareng, akan terus mengawal kasus ini sampai ditemukan titik terang,” kata Muhaimin.

Ia juga meminta Gubernur untuk segera menemui warga. Sejak kemarin, masyarakat meluangkan waktunya untuk bertemu Gubernur, namun sama sekali tak pernah direspon.

“Bukankah warga pulau Kodingareng Lompo merupakan bagian dari warga Sulawesi Selatan? Pak Gubernur mestinya melihat mata pencaharian warga Kodingareng bertumpu pada hasil laut. Kalau laut dikasih rusak, sama halnya pemerintah membunuh warganya sendiri secara perlahan,” lanjut Muhaimin.

Berusaha Disuap dan Dibodohi oleh Pemerintah serta Perusahaan

Berdasarkan keterangan warga, Pemerintah dan perusahaan memang pernah memberikan uang, yang diketahui sebagai bentuk suap kepada masyarakat, agar mereka tidak lagi menolak tambang pasir laut.

“Menurut informasi yang kami terima dari masyarakat, itu adalah bentuk suap yang diberikan kepada masyarakat nelayan, yang diketahui nominalnya Rp 1 juta. Tapi bentuk uang ini tak dijelaskan secara riil kepada masyarakat. Penggunaannya untuk apa dan darimana. Masyarakat hanya dikasih uang, lalu disuruh bertandatangan dan dilarang untuk melakukan aksi. Kalaupun melakukan aksi, maka masyarakat akan ditangkap,” ungkapnya.

Muhaimin menerangkan, uang tersebut diberikan sekitar bulan agustus atau september kemarin. Bersamaan dengan pemberian uang, masyarakat diberi lembaran surat untuk ditandatangani tanpa diperlihatkan isi keterangan dari lembaran tersebut.

“Sekitar 70 warga yang bertandatangan di surat itu. Dari beberapa yang kita wawancara, semuanya mengaku tidak diberi informasi yang jelas terkait uang itu. Ceritanya warga ini dibodoh-bodohi,” katanya.

Berdasarkan kajian yang telah dilakukan oleh beberapa gabungan aliansi, perusahaan tambang pasir bisa meraup keuntungan hingga Rp 365 juta per operasinya. Ini sesuai dengan harga pasir yang dihitung 1 dollar per kubiknya.

“Jadi kalau sehari 3 kali beroperasi, bisa dihitung sendiri berapa keuntungannya,” tutupnya.

Dari pantaun reporter Narasibaru.com, hingga pukul 13.00 Wita, Gubernur tak kunjung keluar untuk menemui massa aksi. Ke manakah ia?

Penulis: Ihsan Ismail

Editor: Dian Kartika

Tags: Aliansi Selamatkan PesisirNelayanPemprov SulselPulau Kodingareng
ShareTweet
ADVERTISEMENT
Previous Post

Sering Diteror, Nelayan Kodingareng Takut Melaut

Next Post

Massa Aliansi Mahasiswa UMI Blokade Jalan, Pengendara: Kami Tak Masalah

Related Posts

NarasiKita

KontraS Sebut Calon Kapolri Gagal Ungkap Kasus Novel Baswedan

Sabtu, 16 Januari 2021
NarasiKita

Tingkatkan Layanan Kesehatan, Bantaeng Kini Sudah Memiliki Rumah Sakit Ibu dan Anak

Sabtu, 09 Januari 2021
NarasiKita

Bantaeng Terapkan Teknologi Peternakan Sapi Sistem IB

Kamis, 07 Januari 2021
NarasiKita

Covid-19: Klaster Pilkada hingga Masyarakat yang Terbuai

Jumat, 18 Desember 2020
NarasiKita

Kasus HAM 2020 yang Dibiarkan Pemerintah

Kamis, 10 Desember 2020
NarasiKita

Menyoal Laporan Gratifikasi, KPK Mengapresiasi Penghulu

Rabu, 09 Desember 2020

NARASI POPULER

Hina Polisi di Medsos, Pria Bertato di Gowa Ini Akhirnya Nginap Dikantor Polisi  

Senin, 10 Agustus 2020

Ditikam Suami Karena Menolak Diajak Ke Pengadilan

Rabu, 19 Agustus 2020

Bocah 8 Tahun di Maros Tewas Ditabrak Truk Angkutan Material

Senin, 10 Agustus 2020

Makassar Racing Minta Sirkuit di Hari Sumpah Pemuda

Rabu, 28 Oktober 2020

Nurdin Abdullah Batal Jadi Penerima Vaksin Pertama Sulawesi Selatan

Kamis, 14 Januari 2021
  • Home
  • Karir
  • Redaksi
  • Privacy Policy
  • Iklan
  • Siber
  • Kode Etik
  • Tentang Kami

© 2020 PT. SHAFIYAH ELFAMA ABADI

No Result
View All Result
  • Login
  • Teras
    • Hukum
    • Politik
    • Sosial
    • Ekobis
    • Kesehatan
    • Olahraga
      • Bola
  • NarasiKita
  • Narator
    • Resensi dan Referensi
    • Opini
    • Cerpen
    • Puisi
  • Sains
  • Narasi Art Space
  • Video

© 2020 PT. SHAFIYAH ELFAMA ABADI

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Sign Up with Facebook
OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In