NARASIBARU.com – Puluhan komunitas dari beberapa daerah, berkumpul dalam satu event ‘Ini Bukan Festival’. Event Ini merupakan pagelaran seni yang meriah dan berawal dari ide sederhana para penggagasnya. Di samping itu, acara tersebut merupakan ajang melepas rindu bagi para seniman dan budayawan dari dalam dan luar Sulawesi Selatan untuk saling bertemu melampiaskan hasrat untuk berkesenian.
Pagelaran yang menampilkan seniman lintas generasi dari beberapa daerah ini, digelar di Etika Studio, Jl Tamalate Makassar yang dimulai pada 15 hingga 21 November. Tidak hanya seniman lokal yang berkontribusi pada pagelaran ini, bahkan Halim HD-seorang seniman sekaligus kritikus sastra, jauh-jauh datang dari pulau Jawa untuk menjadi kontributor pada event tersebut. Ia berkesempatan membawakan workshop yang membahas keterkaitan seni dan komunitas.
Menariknya, para seniman bahkan pemateri memberikan sumbangsihnya tanpa meminta honorarium sepeserpun. Ini merupakan wujud dari budaya gotong royong sebagai masyarakat berbudaya yang terkemas dalam sebuah event meriah. Karya-karya seni rupa seperti, lukisan maupun pernak-pernik dari beberapa komunitas didispaly dari pintu gerbang hingga ke panggung utama.

Event ’ Ini Bukan Festival’ berawal dari keinginan yang sangat sederhana. Menurut Bahar Merdu-seorang seniman teater yang juga sebagai salah satu penggagas event ini menuturkan, para seniman hanya ingin membuat kegiatan yang berkesenian, namun tidak semacam festival yang sering dilihat, identik dengan kemewahan dan daya dukung financial.
“Yang punya uang, megah dan wah. Acaranya di hotel dengan penampilan yang serba biaya lebih. Sebelumnya kita terpenjara dan terkungkung karena adanya wabah Covid 19. Saling ketemu saja tidak bisa,” tutur Bahar Merdu kepada Narasibaru.com, Kamis (19/11/2020).
Peraih penghargaan Sutradara Terbaik Festival Teater Nasional 2016 ini awalnya hanya menginginkan sebuah kegiatan dari rumah ke rumah. Ia hanya berniat membuat penampilan karya oleh teman-teman komunitas lain walau itu hanya sekedar di teras rumah.
“Apakah sekedar baca puisi, diskusi, atau melukis bersama-sama atau bahkan ada tari, cukup di teras rumah. Sebenarnya konsepnya hanya seperti itu. Tapi secara resmi kita harus punya label. Akhirnya ini diistilahkan “Ini Bukan Festival”, lanjutnya.
Pada awalnya, Ia sendiri terkejut ketika melihat antusiasme para penggiat seni, nyatanya banyak yang sangat ingin berkontribusi pada pagelaran ini. “Awalnya kita ajak satu persatu, menariknya tiba-tiba banyak yang tertarik ikut kegiatan ini. Lalu kita kembangkan, kita mencari ruang akhirnya kita diterima Etika Studio. Bahkan tak dapat kita tampung semua dikarenakan keterbatasan ruang. Apalagi sekali lagi kita tidak punya uang. Kedepannya semoga bisa lebih meriah lagi,” imbuhnya.

Sementara menurut Adam Nugraha selaku Koordinator Pelaksana menyebut, memang benar bahwa kegiatan ini sebagai ruang untuk saling bertemu dan melepas rindu.
“Sekedar melepaskan kerinduan untuk sama-sama menggelar karya. Lalu kemudian pada persoalan nama, teman-teman bilang, ini kan bukan festival,” kata Adam.
Kata festival menurutnya terkesan dengan adanya tata urutan yang harus dipenuhi. Meskipun sebetulnya kegiatan IBF 2020 ini ada pakem tentang materi, tata kelola, gelaran karya, baik seni tari, rupa dan semacamnya namun esensinya, bagaimana ini terlaksana.
“Ini persoalan bagaimana kita menuntaskan rindu tentang bertemu satu sama yang lain,” lanjutnya. Bahkan Halim HD sendiri bersedia meluangkan waktu hingga selesai, ia memang merindukan sebuah kegiatan yang diinisiasi kawan-kawan penggiat seni, bukan diinisiasi oleh satu dua institusi. Sehingga, filosofinya ialah, ya ini bukan festival!” ucapnya sembari tersenyum.