Abuse Of Power; Tindakan Penyalahgunaan Kekuasaan Dalam Dunia Kerja

- Kamis, 21 Desember 2023 | 01:00 WIB
Abuse Of Power; Tindakan Penyalahgunaan Kekuasaan Dalam Dunia Kerja

HiTs IDN - Mengapa banyak orang memburu kekuasaan? Karena dengan memiliki kekuasaan yang bersangkutan memiliki kebebasan untuk melakukan sesuatu yang ia kehendaki. Memiliki kekuasaan berarti memiliki kemampuan untuk mengubah perilaku atau sikap orang  lain sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pemegang Kekuasaan.

Dengan memegang kekuasaan maka secara otomatis yang bersangkutan mempunyai pengaruh, dan hal inilah yang diimpikan oleh setiap orang yang memburu kekuasaan yakni dirinya mempunyai pengaruh dari kekuasaan yang dimiliki. Ia punya hak memerintah, hak untuk mengatur dan hak untuk mengambil keputusan. Jika ketiga hak tersebut sudah melekat pada diri Anda, maka Anda sudah termasuk dalam katagori orang sukses dalam karir dan pekerjaan.

Hal inilah yang diburu dan dicita-citakan oleh banyak orang dalam dunia kerja. Meskipun akhirnya jika tidak berhati-hati pemegang kekuasaan akan terlena dan masuk dalam jurang panas Penyalahgunaan Wewenang dan Penyalahgunaan Kekuasaan. Penyalahgunaan Kekuasaan bisa diakali dan direkayasa dalam bentuk wujud fisik pertanggungjawaban.

Baca Juga: Pentingnya Menjadi Pengguna Media Sosial Yang Bijaksana

Baca Juga: Tantangan Pendidikan yang terjadi di wilayah Kodi, Kabupaten Sumba Barat Daya

Walaupun suatu kegiatan sebenarnya fiktif atau ada rekayasa, harga dan model lainnya, namun banyak penguasa yang bisa mengatur sistem pertanggungjawaban sehingga pada saat ada pemeriksaan tidak ada temuan karena didukung dengan tertib administrasi yang professional. Selamatlah mereka meskipun telah terjadi penyalahgunaan kekuasaan.

Untuk mendapatkan kekuasaan memerlukan modal materi yang cukup besar, sehingga begitu kekuasaan melekat pada dirinya tentu yang bersangkutan berusaha untuk mengembalikan modal awal plus keuntungan yang besar. Mengapa penyalahgunaan kekuasaan terus terjadi dimana-mana? Karena ada anggapan aparatur pemeriksa bisa diatur dengan berbagai cara dan pendekatan. Petugas pemeriksa adalah manusia biasa, yang bisa dibujuk rayu untuk diajak kompromi terhadap temuan-temuan dari hasil pemeriksaan. Artinya, rekomendasi dari para pemeriksa bisa diperjualbelikan.

Kekuasaan (power) menunjukkan kemampuan/capability yang dimiliki seseorang untuk membuat orang lain melakukan sesuatu, atau potensi yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi orang lain. Dengan demikian kekuasaan/power merupakan kapasitas/capacity mengubah sikap atau perilaku orang lain sesuai dengan yang diinginkan. Sayangnya banyak pemimpin yang menyalahgunakan kekuasaan, ia memanfaatkan kekuasaan untuk kepentingan dirinya dan kelompoknya yang mengarah pada upaya memanfaatkan jabatan sebagai alat untuk mengelabuhi orang lain. 

Baca Juga: Mewujudkan Keharmonisan Dalam Bahtera Rumah Tangga Menuju Keluarga Yang Bahagia Oleh Anastasia Rofrida Ngongo

Baca Juga: Pengembangan Prestasi Akademik Siswa Melalui Bimbingan dan Konseling Oleh Yosevia Tanggu

Kekuasaan yang tanpa kendali cenderung korup, demikian juga kekuasaan mutlak tanpa ada hirarki dipastikan akan korup.
Mengutip riset Serena Chen yang dipublikasikan di Journal of Personality and Social Psychology, tentang hubungan antara kuasa dan tanggung jawab sosial, bahwa individu pemegang kuasa yang mementingkan egonya tak akan membantu rekannya meski telah ditugasi membantu. Sebaliknya, mereka yang melepaskan egonya atas kekuasaan, tetap membantu temannya. Itu berarti, kekuasaan tak selalu mendorong orang untuk menyalahgunakan kekuasaannya, bergantung pada motif dan ego setiap individunya saja.

Kondisi itu sesuai dengan pernyataan berikut bahwa: ”Hampir semua orang bisa tahan terhadap kesengsaraan. Namun, jika kamu ingin menguji karakter seseorang, berilah dia kekuasaan”. Bagaimana kondisi dan situasi kehidupannya setelah yang bersangkutan diberikan kekuasaan. Potensi Penyalahgunaan Kekuasaan yang bergantung pada karakter pemegang kekuasaan juga diungkapkan ahli psikologi politik Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Bagus Riyono, ”Terjadi korupsi atau tidak itu tergantung ada peluang dan pandangan setiap individu tentang untung-rugi”.

Jabatan dianggap sebagai peluang memperkaya diri. Itu membuat sumpah jabatan, dosa, dan Tuhan tak lagi jadi penjaga mereka untuk melaksanakan amanat. Materi pun jadi pandangan hidup. Cara berpikir mereka pun jadi pendek dan nurani tumpul. Untung-rugi adalah pertimbangan utama dalam melakukan setiap tindakan, termasuk menghitung berapa uang yang bisa didapat dari korupsi dibandingkan besarnya hukuman penjara dan denda yang kadang tak seberapa. Belum lagi kemungkinan bisa membeli fasilitas di penjara, ada potongan hukuman, hingga peluang minta pembebasan bersyarat seusai menjalani 2/3 masa hukuman.

Baca Juga: Memahami Merupakan Langkah Untuk Mengubah Hidup Menjadi Bahagia Oleh Theresia Kabaro

Baca Juga: Peran Perhatian Orang Tua Dalam Meningkatkan Perilaku Anak Terhadap Pendidikan Oleh Sari Ina Kii

Artikel ini telah lebih dulu tayang di: hitsidn.com

Komentar