BLORA, Radar Bojonegoro – Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 jadi pusat perhatian masyarakat. Khususnya, perhelatan debat capres. Semua mata tertuju pada panggung panas tersebut. Namun, ada hal menarik dan bikin bangga warga Blora.
Karena, siapa sangka, busana yang dikenakan moderator perempuan pada debat capres merupakan hasil karya pemuda asal Blora. Sosok tersebut ialah Andis Eka Setyawan. Andis dipercaya menjadi perancang busana moderator debat capres ketiga oleh salah satu stasiun televisi.
Awalnya, ia tak menyangka. Sebab, waktu itu dirinya tiba-tiba dikabari, bahwa busananya bakal dikenakan dalam debat panas itu. ’’Jadi, itu memang sudah dipesan. Hanya belum fix, karena KPU sendiri sudah punya tim wardrobe sendiri. Ternyata, tiba-tiba saya dikabari kalau busananya terpilih,” tuturnya.
’’Tapi, saya masih diam-diam. Karena kalau di TV kan busana gitu tidak boleh diekspos dulu,” imbuh pemuda asal Kecamatan Kunduran itu saat dijumpai Jawa Pos Radar Bojonegoro di rumahnya, Rabu (10/1).
Andis menjelaskan, pemesanan itu dari 1 Januari dan akan dipakai 7 Januari bertepatan dengan acara debat capres. ’’Pengerjaan busana itu selama dua hari dan langsung dikirim ke Jakarta. Busananya model blazer biru gelap dan rok plisket layering yang menawan. Ditambah juga dengan oby belt hitam. Sentuhan tambahan bros pemanis memberikan kesan istimewa dari busana itu,” ujarnya.
Dirinya bangga bisa membawa nama Blora ke kancah nasional. Sebab, perjuangan panjang di dunia fashion, akhirnya terbayar. ’’Senang sekali rasanya. Bangga bisa membawa nama Blora sampai sana,” tuturnya.
Baca Juga: Menjala Benih-Benih Desainer Batik Blora
Berada pada pencapaian sekarang, dirinya teringat masa-masa masih di bawah. Ia membeberkan lika-liku dunia yang telah dia selami selama sepuluh tahun lebih. ’’Dulu awalnya terpaksa, karena bapak tidak mampu menguliahkan saya. Bapak cuma tukang jahit di desa. Saya disuruh meneruskan usahanya,” katanya.
’’Kata-kata almarhum yang saya paling ingat itu wes to njahit wae, masio ora iso gawe sugih, insyaallah cukup le (Sudahlah, menjahit saja. Meskipun tidak bisa buat kaya, insyaallah cukup, Red). Dari situ saya sebenarnya sempat putus asa, tapi apa boleh buat,” ungkapnya.
Akhirnya, dirinya belajar tekun. Belum lama pada tahap belajar, ayah Andis sekaligus mentornya dalam hal menjahit pun jatuh sakit. ’’Itu masa-masa suram bagi saya. Ayah jatuh sakit stroke, karena waktu itu diprotes pelanggan sampai dianiaya pelanggan. Tepatnya, 2008 lalu,” jelasnya.
Tak menyerah sampai di situ, dirinya terus belajar dengan ayahnya dalam kondisi stroke. Ayahnya mengajari tanpa kata-kata. Namun, Andis merasa lebih cepat paham ketika belajar saat kondisi ayahnya seperti itu.
’’Allahualam ya, dengan isyarat saya malah cepat hafal. Tiga tahun diajari seperti itu sama ayah. Akhirnya, sudah matang. Sayangnya setelah itu, ayah pergi meninggalkan keluarga yang disayanginya ini,” ucapnya.
Setelah melewati fase itu, tepatnya pada 2020 ia coba mengekspos karyanya di media sosial (medsos). Utak-atik pemasaran via digital juga. Dirinya tak kehabisan akal untuk membesarkan usaha yang sudah ditanamkan dari mendiang ayahnya itu.

Artikel ini telah lebih dulu tayang di: radarbojonegoro.jawapos.com
Artikel Terkait
LAGI! Anak SMA Yatim Piatu Meninggal Dianiaya Polisi, Dituduh Narkoba, Keluarga: Merokok Saja Tidak Pernah
MIRIS! Salah Tangkap di Grobogan: Kusyanto Tak Bisa Lagi Cari Nafkah, Polisi Hanya Minta Maaf
Terungkap! Vila-Vila Milik Jenderal di Puncak Bikin Parah Banjir di Jakarta dan Sekitarnya, Siapa Pemiliknya?
Blusukan Gibran ke Lokasi Banjir di Bekasi Tuai Kritik, Dinilai Tak Bawa Solusi: Pencitraan Wapres Gak Guna!