NARASIBARU.COM (TIONGKOK) - Pada akhir Desember 2023, Dewan Negara RRT menyetujui pembangunan empat reaktor baru.
Ini adalah unit pembangkit listrik ketiga dan keempat dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Taipingling di Provinsi Guangdong di Tiongkok Tenggara, ditambah dua reaktor pertama PLTN Jinqimen di Provinsi Zhejiang di bagian Timur negara tersebut.
Keempat unit daya tersebut termasuk dalam kategori reaktor dengan moderasi air ringan (tipe VVER), di mana air biasa digunakan untuk moderasi neutron (untuk mengontrol reaksi nuklir), dan sebagai pendingin.
Baca Juga: Siap Siaga Anggota Koramil 1204-19/Mukok Laksanakan Patroli Tiga Pilar
Kapasitas bersih setiap reaktor adalah 1.116 MW, yang sesuai dengan indikator serupa untuk empat unit pembangkit listrik di PLTN Akkuyu (1.114 MW), pembangkit listrik tenaga nuklir pertama di Turki.
Implementasi proyek-proyek ini akan meningkatkan posisi RRT sebagai pemimpin global dalam hal laju pengembangan energi nuklir. Menurut IAEA, pada awal tahun 2024, 23 unit pembangkit listrik dengan total kapasitas bersih 23,7 GW sedang dibangun di negara tersebut.
Dari sudut pandang ini, Tiongkok jauh lebih unggul dibandingkan negara-negara lain termasuk India, di mana 8 unit pembangkit listrik dengan total 6,0 GW sedang dibangun, Turki (4 unit pembangkit listrik dengan total 4,5 GW), Korea Selatan (3 unit pembangkit listrik dengan total 4,0 GW) dan Mesir (3 unit pembangkit dengan total 3,3 GW).
Pengoperasian unit pembangkit listrik yang disebutkan di atas akan memungkinkan Tiongkok menjadi negara kedua di dunia dalam hal jumlah dan total kapasitas reaktor yang beroperasi, melampaui Perancis yang saat ini memiliki 56 reaktor dengan total 61,4 GW (bandingkan dengan 55 reaktor pada tahun 2017). total 53,2 GW yang saat ini beroperasi di Tiongkok).
Bagi Tiongkok, pembangkit listrik tenaga nuklir merupakan sumber energi terbesar kelima. Porsi pembangkit listrik tenaga batu bara di Tiongkok tumbuh dari 2,0% menjadi 4,7% antara tahun 2012 dan 2022, sementara pangsa pembangkit listrik tenaga batu bara menurun masing-masing dari 75% menjadi 61%, menurut pusat penelitian Ember.
Porsi pembangkit listrik tenaga air pada periode yang sama menurun dari 17% menjadi 15%, sementara pangsa pembangkit listrik tenaga angin dan surya meningkat dari 2% menjadi 13%.
Baca Juga: Peringati Hari Amal Bhakti Ke 78 Kemenag RI, Ini Pesan Wabup Ketapang Farhan
Pengembangan energi rendah karbon memungkinkan Tiongkok menurunkan intensitas energi dalam PDB-nya: pada tahun 2012, Tiongkok memiliki 8,4 MJ energi primer per setiap dolar PDB-nya, sedangkan pada tahun 2020 – 6,4 MJ (saat menghitung konsumsi energi spesifik, PDB diperhitungkan berdasarkan nominasi paritas daya beli dalam Dolar AS tahun 2017). (LAN)
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: pontianaknews.com
Artikel Terkait
GEGER! Mahasiswa di Sumsel Tembak Mati Ibu Kandung
LAGI! Puluhan Siswa SMA Keracunan Massal Usai Santap Makan Bergizi Gratis di Cianjur
Terbongkarnya Dugaan Pelecehan Santri di Lombok Gegara Viral Walid Bidaah
Kadis Perindag Sumut Dinonaktifkan Usai Cemarkan Nama Baik Bobby Nasution