BANTEN RAYA.COM - Ada sekitar 78 desa di Kabupaten Pandeglang menjadi langganan banjir ketika memasuki musim penghujan.
Menanggapi hal tersebut, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pandeglang mewanti-wanti masyarakat potensi penyakit yang rentan muncul ketika terjadi banjir.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Pandeglang Dian Handayani mengatakan berbagai penyakit yang biasa melanda ketika banjir yakni diare, ISPA, hingga DBD.
"Yang pertama itu diare, kemudian ada ISPA, lalu penyakit kulit, serta leptospirosis, lalu setelah airnya surut, biasanya banyak genangan. Nah biasanya di situ DBD mulai menyerang," kata Dian kepada Banten Raya, Rabu(17/01).
Baca Juga: Indonesia Pimpin Kontribusi Game di Platform Steam se Asia Tenggara
Dian menjelaskan korelasi antara bencana banjir dengan kemunculan berbagai penyakit yang ia sebutkan. Menurutnya diare disebabkan oleh kondisi lingkungan di masyarakat Pandeglang belum terbilang sehat. Kemudian, pasokan air bersih juga ikut tercemar. Apalagi, kata dia, arus banjir juga merendam titik-titik terkotor di lingkungan seperti jamban.
"Nah kalo ISPA itu munculnya karena saat banjir dan musim hujan, udara akan menjadi lembab dan radiasi matahari rendah. Maka, patogen penyebab ISPA cepat berkembang," ujarnya.
"Iya kalo penyakit kulit jelas ya, meski tidak seberbahaya penyakit lainnya, tentu hal tersebut tetap harus ditangani," sambung Dian.
Setelah banjir melanda, Dian mengungkapkan bahwa akan banyak titik-titik genangan air. Hal tersebut yang kemudian menjadi tempat berkembang biak nyamuk penyebab DBD.
Baca Juga: Ketemu Lagi, Lyodra Pamer Foto Berdua dengan DK iKON Saat Berlibur di Korea Selatan
Lanjut, Dian mengaku bahwa pihaknya telah melakukan mitigasi dalam menghadapi serangan penyakit yang disebabkan banjir saat musim hujan.
"Tentu Dinkes sudah melakukan berbagai persiapan penanggulangan kejadian tersebut. Upaya kami dimulai ketika pra kejadian, dan tanggap darurat ketika kejadian," ungkapnya.
Pada tahap pra kejadian, Dinkes Pandeglang sendiri melakukan pemetaan pada kawasan yang berpotensi banjir sehingga bisa mengelola dan mengurangi resiko.
Lalu tahap kedua yakni tanggap darurat atau ketika kejadian. Pada tahap ini Dinkes sudah menyiapkan segala sumberdaya yang dibutuhkan fasilitas berupa posko kesehatan dan tenaga manusia.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: bantenraya.com
Artikel Terkait
Waduh! Faktanya Pagar Laut di Kohod Masih Berdiri Tegak, Nelayan Kecewa Merasa Dibohongi
LAGI! Anak SMA Yatim Piatu Meninggal Dianiaya Polisi, Dituduh Narkoba, Keluarga: Merokok Saja Tidak Pernah
MIRIS! Salah Tangkap di Grobogan: Kusyanto Tak Bisa Lagi Cari Nafkah, Polisi Hanya Minta Maaf
Terungkap! Vila-Vila Milik Jenderal di Puncak Bikin Parah Banjir di Jakarta dan Sekitarnya, Siapa Pemiliknya?