Sedikitnya 46 Anak di Kabupaten Tulungagung jadi Korban Kekerasan di Tahun 2023, Begini Kata Dinas KBPPA

- Minggu, 28 Januari 2024 | 19:30 WIB
Sedikitnya 46 Anak di Kabupaten Tulungagung jadi Korban Kekerasan di Tahun 2023, Begini Kata Dinas KBPPA

Tulungagung, NARASIBARU.COM – Sedikitnya ada 46 anak di Kabupaten Tulungagung menjadi korban kekerasan sepanjang tahun 2023.

Kekerasan yang menimpa 46 anak di Kabupaten Tulungagung itu beragam, mulai dari kekerasan seksual hingga kekerasan fisik.

Puluhan anak menjadi korban kekerasan sepanjang tahun 2023 tu dilaporkan pada Dinas Keluarga Berencana Perlindungan Perempuan dan Anak (KBPPA) Kabupaten Tulungagung.

Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) KBPPA Kabupaten Tulungagung, Dwi Yanuarti mengatakan, 46 anak yang menjadi korban kekerasan di Tulungagung mulai dari kekerasan fisik, psikis/bullying, penelantaran anak, dan lain-lain.

Baca Juga: Kota Batu Digelontor DBHCHT Total Rp 25,9 Miliar, Apa Saja Kegunaannya

Pada kasus ini, anak laki-laki dan anak perempuan semuanya rata menjadi korban, sehingga kasus kekerasan anak terjadi secara merata tanpa pandang bulu.

Imbasnya, korban sering kali merasa trauma hingga memilih untuk menyendiri dan menjauhi kontak dengan orang asing.

"Kasus kekerasan anak tahun 2023 kemari angkanya mencapai 46 orang anak yang sudah dilaporkan ke Dinas KBPPA Tulungagung dan mereka sudah kami beri pendampingan," kata Dwi Yanuarti, Minggu (28/1/2024).

Rincian kasusnya, ungkap Dwi, untuk kekerasan fisik sebanyak 29 kasus, kekerasan psikis/bullying sebanyak 5 kasus, kemudian 5 kasus penelantaran anak serta 6 kasus kekerasan lainnya.

Diketahui, kasus kekerasan fisik sendiri merupakan kasus diversi anak atau pengeroyokan.

Sebagai tindaklanjutnya sendiri, Dinas KBPPPA Kabupaten Tulungagung memberikan bantuan berupa pendampingan untuk menekan efek trauma yang dialami korban.

Baca Juga: Waspada! Kota Batu Darurat Bencana Hidrometeorologi, Ini Tujuh Jenis Ancaman Bencana Menurut BPBD

Hal ini dilakukan agar korban bisa segera kembali bersosialisasi di lingkungannya tanpa perlu menutup diri lagi.

"Korban biasanya cenderung menutup diri terutama dengan orang asing, sehingga kami berikan pendampingan. Harapannya agar minimal mereka (Korban) bisa kembali bersosialisasi di lingkungannya," ungkapnya.

Disinggung soal kasus pada tahun 2022, Dwi menyebut jika pada tahun 2023 kasusnya cenderung menurun lantaran pada tahun 2022, justru ada sebanyak 76 kasus.

Artikel ini telah lebih dulu tayang di: koranmemo.com

Komentar