NARASIBARU.COM - Krisis iklim yang melanda Bumi saat ini membuat transisi ke ekonomi hijau semakin mendesak.
Transisi ke ekonomi hijau ini dibutuhkan agar Indonesia, sebagai salah satu negara dengan emisi karbon terbesar ke-10 di dunia, beralih dari industri ekstraktif yang menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Momen pemilihan umum atau Pemilu 2024 menjadi kesempatan bagi pemerintah Indonesia untuk mengakselerasi transisi ke ekonomi hijau.
Momentum ini juga menjadi kesempatan bagi para kandidat calon presiden dan wakil presiden untuk menunjukkan komitmennya dalam mengatasi krisis iklim, menjamin ketersediaan lapangan kerja, stabilitas harga pangan, pemerataan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Baca: Pengembangan energi terbarukan di Indonesia berjalan lamban
Greenpeace Indonesia sebagai salah satu organisasi nirlaba lingkungan bersama Center of Economics and Law Studies (CELIOS) bekerja sama untuk melakukan studi dampak ekonomi yang ditimbulkan dari transisi ekonomi hijau.
Hasil penelitian ini kemudian disampaikan sebagai rekomendasi kepada para pemangku kebijakan dan para caleg/capres yang akan maju di Pemilu 2024.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira saat peluncuran hasil studi pada Selasa (19/12/2023), mengatakan transisi ke ekonomi hijau ini sudah tidak bisa ditunda lagi.
"Industri ekstratif nggak bisa terus diharapkan, karena saat komoditas habis berpotensi menimbulkan masalah baik sosial maupun ekonomi," ujarnya.
Baca: Pro kontra power wheeling di UU Terbarukan
Bhima mengatakan, kekhawatiran bahwa transisi ke ekonomi hijau akan mengancam pertumbuhan ekonomi sama sekali tidak benar.
Bahkan menurutnya, dengan ekonomi hijau tidak hanya menjamin keberlanjutan tetapi akan menghasilkan potensi pendapatan yang lebih besar bagi ekonomi nasional.
"Jika bisnis dijalankan seperti sebelumnya, diperkirakan akan menyumbang Rp 1843 triliun kepada ekonomi. Jika beralih ke ekonomi hijau akan hasilkan potensi Rp 3000 triliun ke PDB, jadi hampir dua kali lipat," terangnya.
Potensi ini terutama ada di sektor pertanian, perkebunan dan perikanan. Transisi ke ekonomi hijau akan mendorong sirkular ekonomi, dan dapat menciptakan 19,4 lapangan kerja di berbagai sektor.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: ruangkota.com
Artikel Terkait
Prabowo Ungkap Banyak Menteri di Kabinetnya Belum Terima Gaji: Tapi Mereka Tidak Mengeluh, Saya Terharu!
GAWAT! 4 Lembaga Asing Kompak Ramalkan Ekonomi Gelap Untuk Indonesia
Masyarakat Jangan Buru-buru Nilai Defisit APBN, Sri Mulyani: Ojo Kesusu
Ultimatum Luhut: Semua Harus Setuju Pembentukan Family Office!