Tantangan Industri Sawit Kompleks, Palmco Ditarget Bisa Lebih Fleksibel

- Senin, 25 Desember 2023 | 03:30 WIB
Tantangan Industri Sawit Kompleks, Palmco Ditarget Bisa Lebih Fleksibel

SAWITKU-Pengamat ekonomi dan akademisi Universitas Gajah Mada (UGM), Fahmy Radhi menilai, kehadiran PalmCo, Sub Holding yang merupakan hasil konsolidasi sejumlah unit usaha perusahaan dalam PTPN Group, akan lebih leluasa mengembangkan bisnis di industri kelapa sawit untuk pangan atau untuk bahan baku energi.

“Dengan adanya sub holding PalmCo, pendalaman usaha akan terbentuk, sehingga PTPN Holding lebih fleksibel mengatasi sejumlah masalah dan tantangan yang dihadapi perusahaan dan Pemerintah dalam industri sawit nasional,” ujar Fahmy seperti dikutip Minggu, 24 Desember 2023.

Melalui PalmCo, diharapkan dapat lebih fleksibel mengakomodasi kebijakan-kebijakan nasional di industri karena di sistem sudah ada sub holding yang khusus menangani komoditas sawit. PalmCo juga diyakini dapat berperan mengurangi sejumlah tantangan dalam industri sawit nasional yang selama ini masih sangat kompleks.

 Baca Juga: Tulalit Jawab Soal Pajak, Gibran Dibela Stafsus Sri Mulyani

“Saat ini persoalan sawit masih sangat kompleks, terutama dari kebijakan nasional yang belum tergarap apakah sawit ini untuk pangan atau energi. Jadi PalmCo jika konsisten dengan visinya awal akan dapat mengurangi dampak masalah sawit,” kata dia.

Dia memaparkan setidaknya ada tiga tantangan industri sawit saat ini.

Pertama, terkait dengan masalah kebijakan nasional untuk menjadikan sawit ini apakah untuk pangan atau untuk energi.

“Karena kalau digunakan banyak untuk energi, maka ada akan potensi kekurangan bahan baku sawit untuk pangan, misalnya minyak goreng, sehingga harga minyak goreng bisa naik di dalam negeri. Ini dapat menjadi masalah,” ungkapnya.

 Baca Juga: Mantan Wali Kota Solo Bongkar Tipu-tipu Gibran di Debat Cawapres

Kemudian, koordinasi dengan lembaga atau perusahaan Pemerintah lain. Misalnya, dengan Pertamina apakah jadi menggunakan biofuel dari sawit, berapa jumlahnya dan tahun berapa secara  bertahap dilakukan.

Di sisi lain, Fahmy Radhi mengatakan, sampai saat ini Indonesia belum punya teknologi di dalam negeri yang dapat mengolah sawit 100 persen menjadi bahan bakar nabati, sehingga menjadi  tantangan bagi PalmCo juga dan tantangan nasional.

Sedangkan, tantangan kedua yang masih sering terjadi adalah harga sawit yang masih berfluktuasi kadang naik dan kadang turun, terutama pada saat harga minyak sawit di pasar dunia naik.

Baca Juga: Bambang Pacul : Free Food dan Keberlanjutan Food Estate Perlu Dikaji

Dia mengatakan keinginan perusahaan untuk mengekspor produknya keluar negeri akan sangat besar jika harga di pasar global naik, sehingga terjadi kalangkaan di dalam negeri yang disusul dengan terjadinya lonjakan harga di pasar domestik.

Artikel ini telah lebih dulu tayang di: sawitku.id

Komentar