NARASIBARU.COM - Mengadapi potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi global stabilitas sektor jasa keuangan nasional didukung permodalan yang kuat likuiditas yang memadai, dan profil risiko yang terjaga.
Hal itu sebagaimana terungkap saat Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 3 Januari 2024.
Dewan Komisioner menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga, didukung oleh permodalan yang kuat, likuiditas yang memadai, dan profil risiko yang terjaga sehingga mampu menghadapi potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi global.
Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan dan Komunikasi, Aman Santosa mengungkapkan, indikator perekonomian menunjukkan moderasi pertumbuhan ekonomi di beberapa negara, khususnya di negara Uni Eropa dan Tiongkok.
Dijelaskan, perlambatan pertumbuhan ekonomi mendorong inflasi turun mendekati target inflasi sehingga memberikan ruang bagi bank sentral untuk lebih akomodatif.
Di AS, The Fed mengisyaratkan akan menurunkan suku bunga kebijakan sebesar 75 bps di 2024 dengan pasar menilai ekonomi AS masih cukup resilient dan diperkirakan tidak akan mengalami resesi.
Baca Juga: Kasus Korupsi LPD Sangeh: I Nyoman Agus Aryadi Jalani Hukuman 10 Tahun Penjara
"Namun demikian, pasar masih mencermati perkembangan geopolitik ke depan, seperti eskalasi ketegangan di laut merah imbas dari konflik Palestina-Israel," tutur Aman Santosa dalam keterangan tertulisnya Selasa 9 Januari 2024.
Demikian juga penyelenggaraan pemilihan umum yang mencakup 50 persen populasi dunia terutama di beberapa negara utama seperti AS, Uni Eropa, India, dan Taiwan.
Secara umum sentimen di pasar keuangan gobal cenderung positif pada Desember 2023 didukung ekspektasi penurunan suku bunga Fed Funds Rate (FFR) dan narasi soft landing di AS, sehingga mendorong kembalinya aliran dana masuk ke Emerging Markets (EM).
Baca Juga: TP PKK Bali Harapkan Masyarakat Perkuat Kerukunan dan Toleransi di Tengah Keberagaman
Tak kalah pentingnya dorongan penguatan pasar keuangan global, termasuk pasar keuangan Indonesia.
"Volatilitas baik di pasar saham, surat utang, maupun nilai tukar juga terpantau menurun," sambung Aman Santosa.
Pada sektor domestik, leading indicators perekonomian nasional masih cukup positif, di antaranya ditunjukkan oleh neraca perdagangan yang masih surplus dan PMI Manufaktur yang masih ekspansif.
Baca Juga: Perjalanan Kemenkumham RI: Refleksi Tahun 2023 dan Antisipasi Tantangan 2024
Menyinggung tingkat inflasi, kata Aman Santosa juga terjaga rendah di level 2,61 persen yoy (November 2023: 2,28 persen yoy).
Namun demikian, masih perlu dicermati perkembangan permintaan domestik ke depan seiring masih berlanjutnya penurunan inflasi inti, penurunan optimisme konsumen, serta melandainya pertumbuhan penjualan ritel dan kendaraan bermotor. ***
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: baliwara.com
Artikel Terkait
GAWAT! 4 Lembaga Asing Kompak Ramalkan Ekonomi Gelap Untuk Indonesia
Masyarakat Jangan Buru-buru Nilai Defisit APBN, Sri Mulyani: Ojo Kesusu
Ultimatum Luhut: Semua Harus Setuju Pembentukan Family Office!
Mantan Anak Buah Prabowo: Pemain Crude dan BBM Itu Donatur di Pilpres!