BISNIS PEKANBARU - Harga minyak sawit mentah (CPO) diperkirakan akan mengalami tren peningkatan harga lebih tinggi di pasar berjangka pada kuartal pertama tahun ini.
Menurut Riset Maybank Investment Bank (Maybank IB), harga CPO diperkirakan akan menguat bulan ini karena siklus produksi yang rendah, kurangnya minyak pesaing, dan perkiraan peningkatan permintaan yang didorong oleh datangnya bulan Ramadhan.
Proyeksinya adalah harga CPO akan sempat menembus Rp14 Juta per ton pada bulan Februari hingga Maret tahun ini.
Baca Juga: PT Infomedia Nusantara Buka Lowongan Kerja Untuk Lulusan D3, Ini Kualifikasi dan Cara Melamar
Namun setelah itu, harga CPO diperkirakan akan mengalami tren penurunan pada pertengahan tahun 2024, seiring dengan membaiknya pasokan seiring dengan tersedianya panen baru di Amerika Selatan, dan antisipasi pemulihan produksi CPO pada paruh kedua tahun 2024.
“Secara historis, bulan Februari adalah bulan yang baik untuk harga CPO, karena menghasilkan return positif dari bulan ke bulan sebanyak 70% dalam 20 tahun terakhir. Setelah itu, harga CPO telah memasuki fase koreksi sebesar 70% di bulan Maret selama 20 tahun terakhir,” kata Maybank IB Research.
“Demikian pula, kami yakin tren kenaikan positif pada harga CPO berjangka tiga bulan akan berlanjut di bulan Februari karena rendahnya produksi dan penurunan persediaan karena permintaan kemungkinan akan tetap terdukung menjelang bulan Ramadhan.
Baca Juga: PT Sasa Inti Buka Lowongan Kerja Terbaru Februari 2024, Lulusan Freshgraduate Dipersilahkan Melamar
“Meskipun demikian, kenaikan harga CPO akan dibatasi oleh pesaingnya yaitu minyak dan gas,” tambahnya.
Kontrak berjangka CPO tiga bulan di bulan Januari mencatatkan kenaikan sebesar 3,3% year-to-date dan sempat menguji Rp13,4 Juta per ton.
Maybank IB Research mempertahankan perkiraan harga jual rata-rata CPO sebesar RM3.700 atau Rp 12, 3 Juta per ton pada tahun 2024, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata per ton pada tahun 2023.
Proyeksi ini didasarkan pada hasil panen kedelai Amerika Selatan yang baik dan perkiraan biaya unit CPO yang lebih rendah dari tahun ke tahun.
“Menurut perkiraan kami, biaya per unit pekebun di Malaysia telah melonjak sebesar 45% menjadi rata-rata RM2.670 per ton untuk periode tahun 2022 hingga 2023 dibandingkan dengan biaya unit rata-rata lima tahun sebesar RM1.843 per ton dari tahun 2017 hingga 2021,” kata Riset Maybank IB.
Baca Juga: ADA BANYAK POSISI BERGENGSI! Apotek K-24 Buka Lowongan Kerja Untuk Lulusan D3 dan S1, Ini Kualifikasi dan Cara Mendaftar
“Kami berpendapat bahwa harga CPO jangka panjang yang berkelanjutan akan selalu mengacu pada biaya per unit produksi produsen."
"Oleh karena itu, kami memperkirakan biaya satuan petani di Malaysia akan sedikit berkurang pada tahun 2024 dibandingkan tahun 2023 karena biaya pupuk yang lebih rendah dan peningkatan hasil panen,” tambahnya.***
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: bisnispekanbaru.com
Artikel Terkait
Prabowo Ungkap Banyak Menteri di Kabinetnya Belum Terima Gaji: Tapi Mereka Tidak Mengeluh, Saya Terharu!
GAWAT! 4 Lembaga Asing Kompak Ramalkan Ekonomi Gelap Untuk Indonesia
Masyarakat Jangan Buru-buru Nilai Defisit APBN, Sri Mulyani: Ojo Kesusu
Ultimatum Luhut: Semua Harus Setuju Pembentukan Family Office!