Breaking News: Bayi Anda Terancam Bahaya! Kenali Efek Buruk Tayangan Digital di Sini!

- Sabtu, 27 Januari 2024 | 18:00 WIB
Breaking News: Bayi Anda Terancam Bahaya! Kenali Efek Buruk Tayangan Digital di Sini!

NARASIBARU.COM - Era digital membawa dampak signifikan pada pola asuh anak, terutama dalam penggunaan gawai dan tayangan digital sebagai hiburan. Namun, sebuah penelitian terbaru dari Universitas Drexel menyoroti risiko terkait dengan paparan tayangan digital pada anak, khususnya pada kemampuan sensori yang penting dalam perkembangan anak.

Penelitian ini, yang telah dipublikasikan dalam jurnal JAMA Pediatrics, menunjukkan bahwa tayangan digital pada anak usia dini, terutama bayi dan balita, dapat berpengaruh pada perilaku sensorik atipikal. Ditemukan bahwa anak-anak yang terpapar tayangan digital cenderung memiliki kemampuan sensori yang rendah dan kecenderungan menghindari stimulasi sensorik.

Metode penelitian melibatkan data dari Studi Anak Nasional Amerika Serikat, dengan melibatkan 1.471 bayi dan balita yang diukur pada usia 12 bulan, 18 bulan, dan 24 bulan antara tahun 2011 hingga 2014. Para peneliti menggunakan tayangan digital televisi dan DVD sebagai stimuli, ditambah dengan pengisian kuesioner oleh orangtua dan/atau pengasuh anak.

Baca Juga: Mulai Musim Durian, Ingat! Jangan Makan Durian Bersamaan dengan Beberapa Asupan Ini

Hasil penelitian menunjukkan bahwa paparan tayangan digital pada anak usia satu tahun dapat meningkatkan risiko perilaku sensorik yang tidak sesuai dengan pola umum, terkait dengan rendahnya kemampuan mengenal rangsangan pada usia 33 bulan. Pada usia 1,5 tahun, setiap tambahan jam tayangan digital dapat memicu peningkatan risiko perilaku sensorik yang atipikal sebesar 23 persen. Begitu pula pada anak usia dua tahun, paparan tayangan digital terkait dengan peningkatan risiko perilaku sensorik yang tidak sesuai pola umum sebesar 20 persen.

Implikasi dari penelitian ini mencakup dampak paparan tayangan digital pada berbagai masalah kesehatan anak, seperti masalah perilaku, gangguan tidur, lambatnya kemampuan belajar bahasa, dan potensi terkait dengan autisme atau attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). Karen Heffler, profesor rekanan dari Drexel's College of Medicine, menyatakan bahwa pemrosesan sensori atipikal dapat terjadi pada anak-anak dengan gangguan tertentu, seperti autisme dan ADHD.

David Bennett, profesor Drexel's College of Medicine, menyoroti pentingnya pelatihan dan edukasi kepada orangtua untuk mengurangi paparan tayangan digital pada anak di bawah usia dua tahun. Selain itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan bahwa anak-anak di bawah usia dua tahun sebaiknya tidak menonton tayangan digital, sementara anak-anak di bawah usia lima tahun disarankan untuk memiliki waktu screen time maksimal selama satu jam. WHO juga mendorong orangtua untuk mengajak anak melakukan aktivitas yang mendorong kemampuan sensori, seperti berbicara, membaca dongeng, dan bermain aktivitas fisik dengan durasi tertentu.***

Artikel ini telah lebih dulu tayang di: kabarpalu.net

Komentar