Manisnya Gula Aren: Kearifan Lokal Dengan Sumbangan Rasa dan Aroma Yang Memikat

- Rabu, 31 Januari 2024 | 18:01 WIB
Manisnya Gula Aren: Kearifan Lokal Dengan Sumbangan Rasa  dan Aroma Yang Memikat

NARASIBARU.COM-Gula aren telah menjadi sorotan dunia sebagai alternatif yang lebih sehat dan berkelanjutan daripada gula putih biasa.

Dipandang sebagai bagian dari kearifan lokal kekayaan alam Indonesia, gula aren tidak hanya menjadi komoditas ekspor yang penting tetapi juga mendapatkan perhatian karena manfaatnya yang beragam bagi kesehatan dan lingkungan.

Bagi sebagian komunitas menyebutnya sebagai "palm sugar" dalam bahasa Inggris, diproduksi dari air/getahny. Dengan kandungan rasa dan aroma yang khas dari air/getahnya yang menarik perhatian.

Baca Juga: Menebarkan Kebaikan: Manfaat Ekologi dan Ekonomi Eceng Gondok bagi Manusia

Proses produksinya tradisional, melibatkan penyadapan airnya yang kemudian direbus hingga mengental menjadi bentuk kristal.

Metode ini telah digunakan sejak dahulu secara turun temurun oleh masyarakat di berbagai wilayah di Indonesia.

Salah satu daya tarik utama gula aren adalah nilai gizinya yang tinggi, dan sangat dibutuhkan dalam banya keperluan.

Baca Juga: Eceng Gondok: Sumber Daya Lokal yang Menjanjikan dalam Pemulihan Ekonomi

Berbeda dengan gula putih yang diproses secara kimia dan kehilangan sebagian besar nutrisinya, gula aren mengandung berbagai mineral penting seperti magnesium, kalium, dan zat besi.

Kandungan inilah, menjadikan gula aren pilihan yang lebih baik bagi mereka yang peduli akan asupan gizi dan kesehatan.

Selain manfaat gizinya, produksi gula aren juga dianggap lebih ramah lingkungan karena diproduksi  dengan menggunakan cara-cara tradisional, meski ada sentuhan modern namun tidak memberi dampak negatif.

Baca Juga: Kapulaga: Rempah Ajaib dengan Banyak Manfaat Kesehatan dari Tradisional Hingga Modern

Pohon aren tidak memerlukan bahan kimia berbahaya dan membutuhkan sedikit air dibandingkan dengan tanaman penghasil gula lainnya seperti tebu.

Hal ini membuatnya menjadi pilihan yang lebih berkelanjutan dalam konteks perubahan iklim global dan krisis air yang semakin meningkat.

Artikel ini telah lebih dulu tayang di: perstoday.com

Komentar