NARASIBARU.COM - Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (MIPA UI), melalui tim pengabdian masyarakat (Pengmas) berkomitmen untuk memberikan kontribusi positif melalui program pengajaran kurikulum bencana alam kepada para guru sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah pertama (SMP).
Progam pengajaran kurikulum bencana alam ini merupakan langkah proaktif dalam meningkatkan pemahaman dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap ancaman bencana alam yang bisa terjadi kapan saja. Sejalan dengan visi FMIPA UI untuk menjadi agen perubahan positif melalui kontribusi ilmiahnya, pengabdian masyarakat ini memperkuat ikatan antara perguruan tinggi, mahasiswa, dan masyarakat lokal.
Baca Juga: Bagi Army Mulyanto Milenial dan Gen Z Pilar Generasi Emas 2045, Begini Penjelasannya
Ketua Tim Pengmas FMIPA UI di SMP Negeri 1 Cimalaka, Twin Hosea Widodo Kristyanto mengatakan, progam pengajaran kurikulum bencana alam ini merupakan bentuk inovasi yang diberi nama CREDO, yaitu Creative Hazard Education yang dilaksanakan dalam berbagai seri, salah satunya adalah CREDO L untuk seri bencana tanah longsor.
“Kegiatan pengajaran kurikulum bencana alam yang diberikan kepada para guru SD hingga SMP ini dilaksanakan di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat tepatnya di SMP Negeri 1 Cimalaka pada tanggal 8 - 9 November 2023. Kegiatan ini mencakup serangkaian kegiatan edukatif, pelatihan, dan penerapan kurikulum khusus yang bertujuan untuk membangun ketangguhan masyarakat khususnya siswa yang duduk di bangku SD dan SMP dalam menghadapi bencana alam lewat pelatihan tenaga pengajar sekolah-sekolah tersebut,” papar Twin Hosea Widodo Kristyanto kepada Radar Depok, Rabu (20/12).
Dalam kegiatan pengajaran kurikulum kebencanaan, beber Twin Hosea Widodo Kristyanto, para guru diberikan pemahaman mendalam melalui penjabaran materi terkait pengertian, jenis-jenis, potensi, dan gejala umum tanah longsor. Para guru sebagai peserta kegiatan pelatihan juga diajak untuk mengenal lebih dalam mengenai langkah-langkah mitigasi bencana tanah longsor yang efektif.
Baca Juga: Mahasiswa Magister UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Sambangi SHW Center
“Selain itu, terdapat juga sesi simulasi terjadinya bencana tanah longsor menggunakan alat peraga berupa kardus yang menyerupai lereng dengan kemiringan curam. Tanah yang ditumbuhi tanaman dan tanah yang tidak ditumbuhi tanaman dijadikan model untuk mensimulasikan perbedaan kondisi. Tanah tersebut kemudian disiram dengan air sebagai simulasi hujan. Melalui kegiatan ini, para guru dapat lebih memahami dampak vegetasi terhadap stabilitas lereng, sehingga mereka dapat memberikan pemahaman yang lebih baik kepada siswa-siswi di sekolah mereka,” jelas Twin Hosea Widodo Kristyanto.
Lebih lanjut, kata Twin Hosea Widodo Kristyanto, dilakukan pre-test dan post-test untuk mengukur kemampuan para penerima materi sebelum dan setelah pelatihan. Evaluasi ini dirancang untuk memastikan bahwa pengetahuan yang disampaikan benar-benar terserap dan dipahami dengan baik oleh para guru sehingga mereka dapat menjadi agen perubahan dalam mendidik siswa-siswi tentang mitigasi dan respons terhadap bencana tanah longsor.
Baca Juga: Sekolah Nasional Tunas Global Gaungkan Masyarakat Peduli Lingkungan
“Dengan dilaksanakannya kegiatan ini, diharapkan pengajaran kurikulum kebencanaan ini bukan hanya sebagai sumber pengetahuan, tetapi juga sebagai sarana untuk menginspirasi para guru. Melalui pemahaman yang mereka peroleh, diharapkan para guru dapat mengambil peran penting dalam mentransfer ilmu pengetahuan kepada generasi muda, menciptakan masyarakat yang lebih sadar dan tangguh dalam menghadapi ancaman bencana tanah longsor di wilayah mereka,” tandas Twin Hosea Widodo Kristyanto. ***
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: radardepok.com
Artikel Terkait
Anak Kolong TNI AD Kecewa Penghina Jenderal Try Sutrisno Belum Ditangkap: Kami Akan Cari dengan Cara Sendiri..
Jembatan Perahu Karawang Beromzet Rp 20 Juta per Hari Mau Ditutup BBWS Citarum
Dedi Mulyadi Tanggapi Ultimatum Ormas Grib: Saya Tak akan Mendengarkan Ancaman dari Siapapun!
PSN Rempang Eco City yang Dibela Bahlil Resmi Batal, Rieke Diah Pitaloka: Jangan Ada Lagi yang Ngadi-ngadi!