PONTIANAK - Teater Komsan IAIN Pontianak akan menggelar pertunjukkan bertajuk DEMO-KREASI pada Januari 2024 mendatang.
Karya tersebut merupakan adaptasi dari naskah monolog Putu Wijaya yang mengajak kaum muda untuk tidak buta politik.
Pertunjukan dimulai dengan adegan gotong royong yang sedang dilakukan warga rukun tetangga (RT) Gang Gugus Depan.
Kaum bapak dan ibu-ibu serta anak usia sekolah bahu-membahu membersihkan wilayah mereka.
Ada yang mengecat rumah, menyapu halaman, membersihkan pekarangan, dan sebagainya.
"Pemilihan umum telah memanggil kita. Seluruh rakyat menyambut gembira....” Mars pemilu era Orde Baru karya Mochtar Embut sayup terdengar erat dalam menggiring opening gotong royong, mengajak penonton flashback dalam pesta demokrasi pada tahun-tahun Pemilu sebelumnya.
"Bapak-bapak dan Ibu-ibu, mohon perhatiannya,” ujar salah seorang ibu dalam dialek daerah.
"Untuk menu makan gotong royong kita kali ini, siapa yang setuju Lontong Sayur, dan siapa yang sepakat menu Nasi Kuning?" lanjut sang Ibu.
Sontak perhatian warga tersedot, lalu sementara waktu menghentikan aktivitas masing-masing.
Para pemain di atas panggung membagi diri dalam dua aspirasi, membelah persepsi sambil menakar asupan gizi dari dua menu yang ditawarkan oleh panitia konsumsi.
Ya, memang seperti itulah makna demokrasi dalam praktiknya di RT Gang Gugus Depan.
Sesederhana memilih dua menu makanan. Sebatas membandingkan berapa bulir keringat dari usaha yang dikeluarkan versus berapa jumlah karbohidrat ditambah bumbu perasa yang dimasukkan untuk penggantinya.
Putu Wijaya, dalam karya monolognya berjudul "Demokrasi" (1994-2006), yang dikonstruksi ulang oleh Ali Wafan dalam bentuk tulisan, bermaksud hendak berbagi wacana, pemahaman dan realita konkret hari ini kepada penonton, perihal bagaimana "Demo-Kreasi" secara substansi akan lahir kembali melalui garis koordinasi pada struktur politik terkecil (RT Gang Gugus Depan) dalam masyarakat kita.
Tentunya alur pertunjukan drama berdurasi 60 menit yang dipersembahkan oleh Komunitas Santri IAIN Pontianak ini, dimainkan dengan tetap mempertahankan konsepsi teror mental ala Putu Wijaya, tebal dengan paradoks serta plot-plot humoris.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: pontianakpost.jawapos.com
Artikel Terkait
Siapa Rafi Ramadhan? Selebgram Konsultan Spiritual Ditangkap Usai Tebukti Jual Sabu Berkedok Dukun
Akun IG Ridwan Kamil Disorot Pasca Rumahnya Digeledah KPK hingga Batasi Kolom Komentar
Diprotes Netizen Pantau Banjir Naik Heli, Pramono Anung: Bukan Permintaan Saya, Ada yang Nawarin
Jatam Sebut Sanksi Ringan Bahlil oleh UI Sarat Konflik Kepentingan: Iming-Iming Tambang Berhasil