Ketegangan Antara Anies dan Prabowo: Sorotan Pembelian Alutsista Bekas, Food Estate hingga TNI Tak Punya Rumah Dinas

- Senin, 08 Januari 2024 | 01:30 WIB
Ketegangan Antara Anies dan Prabowo: Sorotan Pembelian Alutsista Bekas, Food Estate hingga TNI Tak Punya Rumah Dinas

NARASIBARU.COM - Debat Capres di Istora Senayan pada Minggu (7/1/2024) menjadi saksi ketegangan antara Anies Baswedan, Capres nomor urut 1, dan Prabowo Subianto, Capres nomor urut 2. Sorotan kritis Anies terhadap besarnya anggaran Kementerian Pertahanan (Kemenhan) yang dipimpin oleh Prabowo memunculkan respons keras dari sang rival.

Anies menyentuh isu penting tentang kondisi anggota TNI yang kurang sejahtera dan penggunaan anggaran Kemenhan yang mencapai Rp700 triliun.

Anies menyoroti pembelian alutsista bekas dengan anggaran sebesar itu, yang ironisnya tidak mampu menjaga keamanan cyber Kemenhan dari serangan hacker pada tahun 2023.

Baca Juga: Ini 10 Orang Direksi PT Teknologi Militer Indonesia, Satunya Sahabat Prabowo

"Ironisnya, Kemenhan menjadi kementerian yang dibobol oleh hacker pada 2023. Sebuah ironi. Oleh karena itu, kita ingin mengembalikan Rp700 triliun anggaran Kemenhan, tidak bisa mempertahankan itu. Justru digunakan membeli alutsista yang bekas," ujar Anies dengan tajam.

Pernyataan Anies langsung dijawab oleh Prabowo, yang menegaskan bahwa Anies tidak memahami tentang alutsista. Komentar ini mungkin mencerminkan perbedaan pandangan dalam hal kebutuhan dan kebijakan alat utama sistem persenjataan.

Baca Juga: Hasil Debat Calon Wakil Presiden 2024 di Istora Senayan: Fakta dan Klaim Pernyataan Anies Keliru

Selain itu, Anies mengatakan anggaran yang dihabiskan itu pun dihabiskan untuk membeli alat utama sistem pertahanan atau alutsista bekas, tatkala masih banyak tentara yang tidak punya rumah dinas lebih dari separuhnya.

"Sementara menterinya Pak Jokowi, punya 340 hektare tanah di republik ini, ini harus diubah," ungkap Anies.

Selain itu, ia juga menyebut program food estate singkong menguntungkan kroni saja, merusak lingkungan, dan tidak menghasilkan.

"Ini harus diubah kami akan memulai dengan kepemimpinan yang menjunjung tinggi etika, kepemimpinan yang mengandalkan data, informasi, kapasitas yang serius," tegas Anies.

Debat ini menjadi panggung di mana isu-isu sensitif, seperti alokasi anggaran militer dan kebijakan pertahanan, diperdebatkan dengan intensitas tinggi. (lms)

Artikel ini telah lebih dulu tayang di: porosjakarta.com

Komentar