NARASIBARU.COM -Presiden Jokowi dicap sebagai salah satu tokoh yang melawan arus Reformasi 1998. Salah satu poin Reformasi itu memberangus praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Bila Jokowi betul-betul merestui Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden (Cawapres) yang disandingkan dengan Prabowo Subianto, maka hal itu bertentangan dengan semangat Reformasi.
"Presiden Ketujuh RI saat ini unjuk kekuatan politik untuk melawan arus reformasi," kata Direktur Eksekutif Studi Demokrasi Rakyat (SDR) Hari Purwanto kepada Kantor Berita Politik RMOL di Jakarta, Sabtu (21/10).
Dengan memaksakan anaknya jadi Cawapres, justru menunjukkan wajah asli Jokowi ke publik yang selama ini tidak terlihat.
Hal ini juga bisa meruntuhkan kinerja baik selama 9 tahun ini yang sudah dibangun susah payah.
"Jokowi menjadi presiden selama dua periode tidak terlepas dari dirinya yang dianggap mewakili harapan Reformasi tahun 1998 ternyata malah menunjuk wajah aslinya," jelas Hari.
Seharusnya, Jokowi yang dituntut memiliki rasa kenegaraan lebih mementingkan nama baik negara, bukan kelompok semata apalagi koalisi
"Manuver yang dilakukan Jokowi beberapa waktu belakangan ini nampak perlawanannya terhadap cita-cita reformasi yang anti KKN," pungkas Hari.
Sumber: RMOL
Artikel Terkait
Ungkap Kekecewaan Pada Fenomena BBM Oplosan, Said Aqil: Rugikan Rakyat
Kakak-Adik Masuk Islam, Seorang Cewek Ikrar Syahadat Air Matanya Langsung Mengalir
Rekrutmen Guru Sekolah Rakyat Akan Dibuka Sekitar April 2025
Bos Pelaku Manipulasi Takaran MinyaKita Ditangkap di Karawang