WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Pengamat musik Nuran Wibisono minta penggemar grup band Coldplay jangan gembira dulu.
Sebab kemungkinan konser tersebut batal digelar sangat besar, hal ini mengacu pada beberapa hal.
Yang utama, konser digelar pada 15 November 2023, saat masa kampanye Pemilu 2024.
Yang mana negara butuh stabilitas keamanan. Sekecil apapun aksi demo, dampaknya bisa besar.
Apalagi aksi itu ditunggangi kepentingan politik, niscaya bisa besar dan menimbulkan dampak negatif.
Menurut Nuran Wibisono, seperti dikutip dari BBC Indonesia, konser band Coldplay akan menjadi titik pertaruhan bagi Indonesia di mata musisi internasional.
Sebab, kalau sampai kepolisian tidak mengeluarkan izin keramaian akibat ancaman Persaudaraan Alumni (PA) 212 yang bakal menggelar aksi demonstrasi, Indonesia akan dianggap negara yang tidak aman dan mudah disetir oleh sekelompok orang.
Baca juga: PA 212 Gertak Demo Tolak Konser Coldplay, Brigjen Ahmad Ramadhan: Itu Kebebasan Berpendapat!
Nuran Wibisono mengatakan, ancaman Wasekjen PA 212, Novel Bamukmin, tidak bisa dianggap remeh.
Berkaca pada 2012 lampau, konser superstar pop Lady Gaga juga akhirnya batal setelah adanya ancaman kekerasan dari kelompok FPI.
Kelompok FPI menyebut Lady Gaga sebagai pemuja setan dan karena busananya yang dinilai tidak mengikuti norma kesopanan.
Buntut dari intimidasi itu, manajemen Lady Gaga meminta pembatalan konser dan kepolisian Indonesia menolak mengeluarkan izin keramaian. Padahal 50.000 tiket telah habis terjual.
Baca juga: Tarra Budiman Kesal dengan Penjualan Tiket Coldplay di Indonesia: Gue Sebel Kenapa Mesti di War?
Nuran berpendapat kini situasi yang sama juga terjadi, dan sangat mungkin tur dunia Coldplay di Jakarta pada 15 November 2023 dibatalkan karena tak ada jaminan keamanan.
"Sangat mungkin (batal), karena sudah pernah kejadian dan ini bakal jadi preseden buruk," ujar Nuran.
"Sekarang yang harus dipikirkan kalau konser Coldplay sampai batal karena ancaman PA 212 sudah pasti memberikan dampak buruk ke festival musik di Indonesia," jelasnya.
Lebih dari itu, akan membuat musisi internasional enggan diajak promotor Indonesia untuk manggung lagi.
"Karena secara sederhana terlihat pemerintah Indonesia dan polisi tidak bisa memberikan keamanan pada artis kami. Soalnya ini band sekelas Coldplay yang punya penggemar ratusan juta orang," ucap Nuran.
Padahal, sambung dia, nama Indonesia sedang 'naik daun' di negara-negara Asia untuk menggelar konser.
Pasalnya pasar konser musik di Indonesia terbilang tinggi merujuk pada jumlah penduduk terbanyak di dunia dan angka kelas menengah atas yang tinggi.
Ditambah lagi setelah pandemi Covid-19 di Indonesia mereda dan kegiatan skala besar diperbolehkan, acara-acara konser musik selalu dibanjiri penonton.
Kemudian dari segi teknis, kata Nuran, Indonesia terbilang baik. Itu terbukti dari gelaran konser BlackPink pada Maret lalu.
"Konsernya sukses besar dari kacamata promotor, tiket terjual habis dan penyelenggaraan lancar. Coldplay bisa dibilang titik pertaruhan bagi banyak pihak," ucapnya.
Kata Nuran, Polri dan pemerintah harus segera menyikapi ancaman PA 212 untuk membuktikan kepada publik dan artis mancanegara bahwa perhelatan di Stadion Utama Gelora Bung Karno nanti dipastikan aman.
"Kalau polisi diam saja, ya nama Indonesia akan jelek," tandasnya.
Sebelumnya, Novel Bamukmin, Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PA 212 menyatakan penolakan konser Coldplay karena mendukung LGBT dan hal itu bertentangan dengan Pancasila.
Novel pun memberikan imbuan kepada panitia penyelenggara untuk membatalkan konser Coldplay di Jakarta.
Bahkan dia mengancam PA 212 akan turun demo besar-besaran menolak Coldplay hingga mengepung Bandara Soekarno-Hatta jika perhelatan tersebut tetap terlaksana.
Tanggapan kepolisian
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Trunoyudo Wisnu Andika, mengatakan pihak penyelenggara konser Coldplay belum mengajukan izin keramaian secara resmi.
Kendati demikian, dia menyebut siap mengamankan jalannya konser tersebut lantaran Polda Metro Jaya sudah memiliki standar operasional dalam mengamankan konser.
Dia juga berkata kedatangan band asal Inggris ini jangan dikaitkan dengan pesta demokrasi meskipun waktu penyelenggaraannya berdekatan dengan Pemilu 2024.
Polisi, katanya, memastikan kegiatan masyarakat akan tetap berjalan dengan aman.
Sejauh ini, Polda Metro Jaya sambungnya telah berkoordinasi dengan pihak panitia. Promotor juga disebut telah mengantongi izin dari pengelola Stadion Utama Gelora Bung Karno serta Kemenparekraf.
"Pihak panitia belum mengajukan izin [keramaian], karena masih lama. Namun mereka sudah berkoordinasi dengan kami," ujar Trunoyudo Wisnu Andika.
Pendapat pribadi
Adapun perwakilan Persaudaraan Alumni 212, Bernard Abdul Jabbar, mengatakan pernyataan Wasekjen Novel Bamukmin itu adalah pendapat pribadi dan bukan sikap resmi kelompoknya.
"Itu pendapat pribadi. Meskipun kalau komentar pribadi sah-sah saja. Kami kalau ada pernyataan, harus rapat dulu," kata Bernard Abdul Jabbar kepada BBC News Indonesia.
Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News
Sumber: wartakota.tribunnews.com
Artikel Terkait
Detik-detik Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman Naik Pitam Saat Rapat dengan DPR
Ungkap Kekecewaan Pada Fenomena BBM Oplosan, Said Aqil: Rugikan Rakyat
Kakak-Adik Masuk Islam, Seorang Cewek Ikrar Syahadat Air Matanya Langsung Mengalir
Rekrutmen Guru Sekolah Rakyat Akan Dibuka Sekitar April 2025