Elektabilitas Ganjar Turun Versi LSI Denny JA, Sekjen PDI-P Singgung Survei Sarat Kepentingan

- Senin, 22 Mei 2023 | 19:00 WIB
Elektabilitas Ganjar Turun Versi LSI Denny JA, Sekjen PDI-P Singgung Survei Sarat Kepentingan

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto menyinggung banyaknya lembaga survei yang justru mengakomodasi kepentingan pihak tertentu.

Hal ini disampaikannya saat merespons hasil survei dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA terkini yang menunjukkan elektabilitas bakal calon presiden (capres) PDI-P, Ganjar Pranowo menurun.

"Ya setiap survei kan tidak bisa dilepaskan dalam era demokrasi yang liberal, kapitalistik ini, sarat dengan berbagai kepentingan," kata Hasto ditemui di Kantor DPP PDI-P, Jalan Diponegoro, Jakarta, Senin (22/5/2023).

Baca juga: 3 Hal yang Buat Elektabilitas Ganjar Turun di Survei LSI Denny JA

Atas dasar itu, Hasto berpandangan, ada baiknya lembaga survei memberitahukan terlebih dulu terkait sumber dana mereka dalam melakukan survei.

Hal ini penting guna menghindari dugaan bahwa lembaga survei sarat akan kepentingan politik.

"Karena dari pengalaman-pengalaman pemilu yang lalu, banyak juga lembaga survei yang kemudian menjadi konsultan politik dari calon-calon tertentu," ujar dia.

Ia kemudian mencontohkan bagaimana elektabilitas PDI-P mencapai 33 persen pada Pemilu 2009 dan terekam dalam survei LSI Denny JA.

Menurut dia, LSI saat itu menyampaikan, tingginya elektoral PDI-P karena pengaruh Baitul Muslimin Indonesia (BMI), salah satu organisasi sayap PDI-P.

"(Padahal) Baitul Muslimin baru dibentuk seminggu. Jadi kita lihat. Ini semua akan menentukan kredibilitas dari setiap lembaga survei, apakah murni sesuai dengan metodologi yang ada atau sesuai dengan kepentingan yang ada," ujar Hasto.

Ia juga menyampaikan, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri berpesan kepada kader partai banteng agar turun ke bawah dan tidak terlalu berpikir soal survei.

"Survei itu sangat dinamis, setiap saat bisa berubah, setiap lembaga survei hasilnya juga bisa beda-beda ketika muatan kepentingan itu lebih besar daripada mengedepankan metodologi," ujar dia.

Baca juga: Survei LSI: Elektabilitas Ganjar Turun Pertama Kalinya dalam Setahun Terakhir

Diberitakan sebelumnya, hasil survei dari LSI Denny JA terbaru menunjukkan, terjadi penurunan elektabilitas Ganjar Pranowo.

Peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfaraby mengungkapkan, ada tiga hal yang membuat elektabilitas Ganjar turun pada survei di bulan Mei 2023.

Survei terakhir LSI Denny JA memperlihatkan Prabowo Subianto berada di posisi teratas dengan angka 33,9 persen, Ganjar Pranowo di angka 31,9 persen, dan Anies Baswedan di angka 20,8 persen.

“Kami dari LSI Denny JA menemukan setidaknya ada tiga alasan kuat yang mempengaruhi mengapa elektabilitas Pak Ganjar menurun,” kata Adjie dalam paparan survei, Jumat (19/5/2023).

Pertama, kata Adjie, turunnya elektabilitas Ganjar Pranowo disebabkan batalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U20 2023.

Sebab, dalam survei LSI Denny JA memperlihatkan ada 72 persen publik yang kecewa Indonesia batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U20.

Baca juga: Survei LSI: Prabowo Unggul Sementara jika Pilpres Digelar Hari Ini

Publik menilai, Ganjar menjadi salah satu tokoh yang menolak Israel bermain di Indonesia.

Penolakan ini dianggap menjadi salah satu pertimbangkan FIFA membatalkan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U20.

Publik menilai kinerja Ganjar Pranowo menangani kemiskinan di Jawa Tengah buruk.

Data menunjukan bahwa Jawa Tengah adalah provinsi kedua termiskin di pulau Jawa dengan presentase kemiskinan sebesar 10,98 persen.

Adapun kemiskinan di Jawa Tengah juga melampaui prosentase rata-rata kemiskinan nasional.

Tahun 2022, rata-rata kemiskinan nasional sebesar 9.57 persen.

"Sebagai gubernur dua periode Jawa Tengah, Pak Ganjar dianggap gagal menangani isu kemiskinan. Padahal, isu kemiskinan ini dalam survei yang kita lakukan dari tahun ke tahun adalah isu prioritas,” ujar Adjie.

Adapun survei LSI dilakukan terhadap 1.200 responden dengan teknik wawancara tatap muka menggunakan kuesioner pada 3-14 Mei 2023.

Sumber: nasional.kompas.com

Komentar