IndonesiaToday.ID - Hubungan khusus antara Kepala Kantor Staf Kepresidenan Jenderal (purn) Moeldoko dengan Pimpinan Panji Gumilang Ponpes Al Zaytun Indramayu sebenarnya sudah lama terjadi.
Rangkuman Sumbawanews, terkait hubungan Moeldoko dengan Al-Zaytun sudah terjadi sejak belasan tahun lalu ketika Moeldoko menjabat panglima Kodam III/Siliwangi.
Bahkan pada tahun 2014, ketika Moeldoko menjabat sebagai Panglima TNI Jenderal Moeldoko membantah tentang munculnya isu adanya gerakan Negara Islam Indonesia (NII) yang bersumber dari Ponpes Al Zaytun di Indramayu, Jawa Barat.
Menurut dia, kesan itu muncul dari berbagai pihak, yang pada akhirnya ada kecenderungan mengarah ke Ponpes Al Zaytun.
Terkait hal itu, Moeldoko mengatakan, ada satu masalah mendasar yang dimiliki bangsa ini, yang perlu dibenahi, yaitu persoalan komunikasi.
Pasalnya, tiadanya komunikasi antarpihak atau kelompok menimbulkan kecurigaan, yang kadang tidak benar sama sekali.
Lantaran isu NII muncul, ketika masih menjabat panglima Kodam III/Siliwangi, ia berinisiatif untuk melakukan komunikasi dari kedua pihak, baik dari Panji Gumilang selaku pengasuh Ponpes Al Zaytun dan kelompok masyarakat tertentu.
Dia tidak memungkiri, Ponpes Al Zaytun dilihat masyarakat luar terlalu tertutup untuk menembus pengetahuan di dalamnya.
Kemudian, ia berinisiatif melakukan komunikasi dengan Panji Gumilar untuk mengklarifikasi isu yang beredar di masyarakat.
Kenyataannya, kata dia, usulannya untuk memberikan ajaran terkait penanaman nasionalisme dan Pancasila kepada siswa atau santri diterima dengan baik oleh pihak ponpes yang didirikan pada 1999 tersebut.
“Saya bisa berkomunikas dengan baik dengan Pak Panji Gumilar. ‘Pak kiai saya yakin di bidang agama semakin lengkap apabila (santri) dibekali kehidupan bernegara’. Saya diberi ruang dan diberi waktu untuk mengajarkan bela negara, saya kirim anggota Korps Wanita Angkatan Darat (AD) dan prajurit TNI. Hasilnya clear,” kata Moeldoko.
Dia mengutarakan pernyataan tersebut ketika menjawab salah seorang peserta Obrolan Penting Satu Ini (OPSI) yang digagas ormas Orang Indonesia milik musisi Iwan Fals di Depok, Jawa Barat pada Sabtu (9/10/2014) silam.
Mantan wakil kepala staf AD (KSAD) tersebut menyatakan, kebijakannya yang ditempuh itu membuahkan hasil.
Lantaran mandegnya proses komunikasi yang terjalin sebelumnya hingga menimbulkan kecurigaan tertentu akhirnya tidak terbukti.
Itu lantaran Ponpes Al Zaytun menerima kedatangan anggota TNI dan Polri yang membawa misi mengajarkan nilai-nilai kebangsaan.
Alhasil, isu bahwa Ponpes Al Zaytun mendidik siswa atau santri agar menolak Pancasila tidak terbukti sama sekali.
“Sekarang kita lihat hasilnya, gaya komunikasi yang saya lakukan. Tidak ada kecurigaan lagi. Ini masalahnya komunikasi,” kata mantan wakil gubernur Lemhannas itu.
Ponpes Al Zaytun Indramayu belakangan ramai dikait-kaitkan dengan Kepala Kantor Staf Kepresidenan Jenderal (purn) Moeldoko.
Salah satu yang menyorot Ponpes Al Zaytun Indramayu dengan Moeldoko adalah penceramah Ustaz Alfian Tanjung di saluran Youtube-nya.
Dalam keterangannya, disebutkan soal rekam jejak Ponpes Al Zaytun Indramayu yang dahulu sempat disebut sebagai kelompok sesat, hingga adanya Moeldoko yang pernah menjadi pembicara di berbagai kesempatan kegiatan pondok pesantren ini.
Rekam jejak terakhir saat kepanitiaan Al Zaytun pada 30 Juli 2022 melibatkan Moeldoko ikut dalam forum di Zoom. Hal itu juga diumumkan kepanitiaan Al Zaytun di akun Instagram resminya.
“Moeldoko seperti sebagai pembicara kayaknya tentang peringatan 1 Syuro Muharram 1444 Hijriah di Al Zaytun,” sebut Youtube Ustaz Alfian Tanjung.
Selain Moeldoko, ada juga sosok Lucky Hakim di acara tersebut. Lucky Hakim adalah eks Wakil Bupati Indramayu, yang belakangan memilih mengundurkan diri usai ramai-ramai penolakan gaji dan sebagainya.
Dalam informasi yang dihimpun, Ponpes Al Zaytun Indramayu juga sempat mengirimkan ucapan resmi bela sungkawa kepada Moeldoko saat sang istri wafat.
Pimpinan Ponpes Al Zaytun Indramayu Panji Gumilang bahkan ikut takziah ke rumah duka di Jalan Terusan Lembang, Menteng, Jakarta Pusat, usai kabar sang istri Moeldoko, Koesniharningsih binti Abdul Madjid tutup usia pada 12 Maret 2023 lalu.
Syekh Al Zaytun itu juga terpantau menjadi imam salat jenazah istri Kepala Staf Kepresidenan RI, yang turut diikuti Moeldoko sebagai makmum.
Jejak Moeldoko di Ponpes Al Zaytun Indramayu
Bukan cuma kali ini saja Moeldoko terpantau dekat dengan Ponpes Al Zaytun Indramayu. Dalam laporan Antara, Sabtu 23 September 2017, Moeldoko juga menghadiri Tahun Baru Islam di sana.
Adapun ketika itu tema yang diangkat adalah ‘Menjunjung Tinggi Kesatuan dan Persatuan Indonesia Raya’.
Disebutkan, ada 25 ribu santri dan wali santri hadir dalam peringatan tersebut untuk mendengarkan pidato kebangsaan Moeldoko di hadapan Ponpes Al Zaytun Indramayu.
Pesan Moeldoko di pidatonya, meminta agar para santri Ponpes Al Zaytun Indramayu sigap dan mampu beradaptasi dengan perubahan zaman. Selain itu, perubahan juga disebut perlu tokoh.
“Tokoh-tokoh tersebut saya harapkan bisa lahir dari Pesantren Al-Zaytun ini untuk kemaslahatan bangsa,” kata Moeldoko yang disambut meriah oleh para peserta.
Dalam rekam jejaknya, Moeldoko juga menjawab tudingan Ponpes Al Zaytun soal isu ajaran NII di sana.
Pada 10 Agustus 2014, lalu Moeldoko mengaku berinisiatif melakukan komunikasi dengan Panji Gumilang untuk mengklarifikasi isu yang beredar di masyarakat.
Kenyataannya, kata dia, usulannya untuk memberikan ajaran terkait penanaman nasionalisme dan Pancasila kepada siswa atau santri diterima dengan baik oleh pihak ponpes yang didirikan pada 1999 tersebut.
“Saya bisa berkomunikasi dengan baik dengan Pak Panji Gumilang. ‘Pak kiai saya yakin di bidang agama semakin lengkap apabila (santri) dibekali kehidupan bernegara’. Saya diberi ruang dan diberi waktu untuk mengajarkan bela negara, saya kirim anggota Korps Wanita Angkatan Darat (AD) dan prajurit TNI. Hasilnya clear,” kata Moeldoko ketika itu.
Ditengah hangatnya pemberitaan tentang Ponpes Al Zaytun, Indramayu, tentang shaf salat laki-laki dan perempuan dicampur jadi satu, Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko menyatakan, dukungan terhadap Ponpes Al Zaytun yang sukses menjadi pelopor kemandirian pangan.
Mengutip dari kanal YouTube @alzaytunmovie, Kamis 27 April 2023, Moeldoko yang juga pernah menjabat sebagai Panglima TNI menyatakan menaruh rasa hormat kepada pendiri Ponpes Al Zaytun, Panji Gumilang.
“Saudaraku saya Dr KH Panji Gumilang telah mempelopori bagaimana dunia pesantren mampu dan mandiri menyediakan pangannya sendiri. Untuk saya menaruh rasa hormat,” ucap Moeldoko.
Menurut Moeldoko, beberapa tahun lalu dia melihat kegagalan panen di Kabupaten Indramayu.
Kendati, Ponpes Al Zaytun memiliki semangat yang kuat di bidang kemandirian pangan.
“Untuk itu, situasi ini harus tetap dikembangkan, harus terjaga dengan baik,agar ilustrasi yang saya berikan tadi betul-betul akhirnya dijawab oleh Ponpes Al Zaytun,” kata Moeldoko.
Selain itu, Moeldoko juga terlihat sangat dekat dengan Ponpes Al Zaytun. Hal itu tampak saat Moeldoko menghadiri kegiatan Tahun Baru Islam di Ponpes Al Zaytun pada 2017 silam.
Moeldoko juga sempat menjadi pembicara di kegiatan tersebut.
Dalam pidatanyo, Moeldoko meminta agar para santri Ponpes Al Zaytun Indramayu sigap dan mampu beradaptasi dengan perubahan zaman.
“Tokoh-tokoh tersebut saya harapkan bisa lahir dari Pesantren Al-Zaytun ini untuk kemaslahatan bangsa,” ujar Moeldoko.
Sementara diketahui, video Jenderal TNI (Purn) Moeldoko yang memuji dan mengapresiasi pendiri Ponpes Al Zaytun karena mampu menjadikan pondok tersebut sebagai pelopor dalam mengembangkan mandiri pangan.
Berdasarkan dari kanal YouTube @alzaitunmovie, unggahan video itu sudah di upload sejak 5 bulan yang lalu.
Sumber: youtube.com
Artikel Terkait
NGERI! Prediksi Cak Nun Indonesia di Tahun 2025, Prabowo Harus Siap?
HEBOH Celine Evangelista Disebut Istri ke-5 Si Kumis, Diberi Rumah Oleh Erick Thohir Agar Tak Tersangkut Pertamina Gate?
Etnis Cina Akan Melakukan Politik Pembersihan Ras Kepada Etnis Pribumi Indonesia
Jarang Diketahui Publik! Nike Ardilla Punya Hubungan Khusus Dengan Abah Guru Sekumpul, Pernah Dapat Amalan Spesial