ANKARA, NARASIBARU.COM - Rakyat Turkiye memberikan suara dalam pemilihan presiden putaran kedua pada hari ini, Minggu (28/5/2023).
Pilpres Turkiye putaran kedua ini diperkirakan akan memberikan peluang kepada petahana Presiden Tayyip Erdogan untuk memperpanjang kekuasaannya hingga dekade ketiga.
Kemenangan Erdogan tersebut dimungkinkan akan mengintensifkan Turkiye yang semakin otoriter, kebijakan luar negeri yang kian kuat, dan tata kelola ekonomi yang tidak umum.
Baca juga: Pilpres Turkiye Lanjut ke Putaran Kedua pada 28 Mei, Erdogan Bakal Unggul Lagi?
Sebagaimana dikutip dari Reuters, Erdogan (69) telah menjungkirbalikkan hasil jajak pendapat dengan berhasil unggul tipis, yakni hampir lima poin atas saingannya Kemal Kilicdaroglu dalam Pilpres Turkiye putaran pertama pada 14 Mei.
Tetapi, dia gagal meraih 50 persen suara yang dibutuhkan untuk langsung memenangkan Pilpres.
Keunggulan Erdogan dalam Pilpres Turkiye putaran pertama sungguh tak terduga di tengah krisis biaya hidup yang dalam di negara itu.
Pilpres Turkiye putaran kedua akan memutuskan tidak hanya siapa yang memimpin Turkiye, negara anggota NATO berpenduduk 85 juta jiwa.
Melainkan juga bagaimana arah pemerintahannya dan ke mana arah ekonominya setelah nilai tukar mata uangnya terhadap dolar anjlok hingga sepersepuluh dalam satu dekade.
Presiden Turkiye terpilih juga akan menentukan bentuk kebijakan luar negerinya.
Di bawah kepemimpinan Erdogan, Turkiye selama ini terlihat "kurang akur" dengan Barat sehingga memilih menjalin hubungan dengan Rusia dan negara-negara Teluk.
Di kota Diyarbakir di tenggara yang berpenduduk mayoritas Kurdi, pensiunan bernama Faruk Gecgel (54) mengaku akan memilih Erdogan dalam putaran kedua ini seperti yang dia lakukan dua minggu lalu.
Baca juga: Pilpres Turkiye Sisakan Pertarungan Erdogan Vs Kilicdaroglu
"Penting bagi masa depan Turkiye bahwa presiden dan parlemen, di mana dia memiliki mayoritas, bekerja sama di bawah satu atap. Jadi saya memilih Erdogan lagi untuk stabilitas," katanya.
Sementara itu, Ibu rumah tangga bernama Canan Tince (34) mengaku lebih memilih Kilicdaroglu, yang pada 14 Mei menerima hampir 72 persen dukungan di kota itu -kubu partai oposisi utama pro-Kurdi.
"Cukup sudah. Perubahan sangat penting untuk mengatasi krisis ekonomi dan masalah yang dihadapi Turkiye, jadi saya memilih Kilicdaroglu lagi. Kami berharap dan bertekad," ungkap dia.
Pemungutan suara Pilpres Turkiye putaran kedua dimulai pukul 08.00 waktu setempat (05.00 GMT) dan akan selesai pada pukul 17.00 (14.00 GMT). Menjelang Minggu petang harus ada indikasi yang jelas tentang pemenangnya.
Baca juga: Profil Erdogan dan Peluangnya di Pilpres Turkiye 2023
Survei tempatkan Erdogan unggulKilicdaroglu (74) adalah kandidat dari aliansi oposisi enam partai, dan memimpin Partai Rakyat Republik (CHP) yang dibentuk oleh pendiri Turkiye Mustafa Kemal Ataturk.
Kubunya telah berjuang untuk mendapatkan kembali momentum setelah membuat kejutan dapat membuntuti Erdogan di Pilpres putaran pertama.
Tetapi, kandidat presiden ketiga yang juga nasionalis garis keras, Sinan Ogan, telah menyatakan dukungan kepada Erdogan berdasarkan prinsip perjuangan tanpa henti melawan terorisme. Ini mengacu pada kelompok pro-Kurdi.
Pada putaran pertama, dia meraih 5,17 persen suara.
Keputusan Sinan Ogan ini pun dianggap akan menguatkan posisi Erdogan di Pilpres putaran kedua.
Sebuah survei dari lembaga jajak pendapat Konda untuk putaran kedua pun menempatkan dukungan untuk Erdogan pada angka 52,7 persen dan Kilicdaroglu pada 47,3 persen.
Survei yang paling menjadi perhatian itu dilakukan pada 20-21 Mei, sebelum Ogan dan Ozdag mengungkapkan dukungan mereka.
Erdogan lagiSejarawan Turkiye, Nicholas Danforth, yakin sosok nasionalislah yang akan menang dalam Pilpres Turkiye kali ini.
"Turkiye memiliki tradisi demokrasi yang sudah lama dan tradisi nasionalis yang sudah lama ada, dan saat ini jelas nasionalislah yang menang. Erdogan telah memadukan kebanggaan agama dan nasional, menawarkan anti-elitisme yang agresif kepada para pemilih," kata Nicholas Danforth.
"Erdogan lagi berarti Erdogan lagi. Orang-orang tahu siapa dia dan apa visinya untuk negara, dan tampaknya banyak dari mereka yang setuju," tambahnya.
Namun, jika rakyat Turkiye menginginkan Erdogan turun, hal itu sebagian besar disebabkan karena tingkat kesejahteraan, kesetaraan, dan kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan dasar menurun akibat inflasi yang mencapai 85 persen pada Oktober 2022.
Baca juga: Erdogan Bantah Putin Ikut Campur Pilpres Turkiye
Di satu sisi, Kilicdaroglu, seorang mantan pegawai negeri, berjanji untuk melakukan perubahan besar terhadap kebijakan Erdogan terkait isu domestik, luar negeri, dan ekonomi.
Dia juga akan kembali ke sistem pemerintahan parlementer, dari sistem presidensial eksekutif Erdogan, yang disahkan dalam referendum pada 2017
Sumber: kompas.com
Artikel Terkait
Kakak-Adik Masuk Islam, Seorang Cewek Ikrar Syahadat Air Matanya Langsung Mengalir
Rekrutmen Guru Sekolah Rakyat Akan Dibuka Sekitar April 2025
Bos Pelaku Manipulasi Takaran MinyaKita Ditangkap di Karawang
AS dan Israel Berencana Pindahkan Warga Palestina ke Afrika Timur