NARASIBARU.COM - Ketegangan di Yerusalem semakin meningkat selama bulan Ramadan.
Pasukan Israel menyerbu kompleks Masjid Al-Aqsa.
Dalam penyerbuan tersebut, dua toa atau pengeras suara masjid yang ada di ruang Salat Qibli dicopot oleh pasukan Angkatan Bersenjata Israel (IDF), Roya News melaporkan.
Padahal toa tersebut digunakan untuk mengumandangkan azan selama bulan Ramadan.
Setelah merampas toa, pasukan Israel melarikan diri dari area tersebut.
Penyerbuan ini terjadi pada akhir pekan lalu.
Menurut laporan yang diterima dari sumber lokal yang dikutip oleh Palestinian Media Centre pada Selasa (11/3/2025), pasukan Israel tidak hanya mencopot toa Masjid Al-Aqsa.
Mereka juga memperketat pembatasan bagi warga Palestina yang ingin beribadah di masjid tersebut.
Tindakan tersebut menambah ketegangan yang sudah sangat mencekik di lingkungan sakral itu.
Warga Palestina dari Tepi Barat yang ingin beribadah di Masjid Al-Aqsa dilarang memasuki Yerusalem.
Hanya perempuan Palestina yang berusia di atas 40 tahun dengan kartu identitas Palestina yang diizinkan untuk mengunjungi kota tersebut dan melaksanakan salat di masjid.
Masjid Al-Aqsa, yang merupakan situs tersuci ketiga dalam Islam, kini menghadapi ancaman serius akibat kebijakan penggalian yang terus dilakukan oleh Israel serta percepatan proyek Yudaisasi.
Dalam laporan yang dilansir oleh Middle East Monitor pada Selasa (11/3/2025), usulan terbaru dari anggota Knesset Israel, Amit Halevi, mengusulkan pembagian kompleks Masjid Al-Aqsa dan pengambilalihan lebih dari 70 persen wilayah masjid.
Usulan ini memicu kecaman keras dari otoritas Palestina dan dunia Islam.
Mereka menganggap langkah tersebut sebagai upaya Israel untuk mengubah status quo kompleks suci tersebut.
Kompleks Masjid Al-Aqsa, yang terletak di Yerusalem Timur yang diduduki, merupakan simbol identitas nasional Palestina.
Tempat tersebut juga merupakan situs suci bagi umat Yahudi, yang menyebutnya sebagai Temple Mount.
Berdasarkan konvensi lama, umat Yahudi diperbolehkan untuk berkunjung, tetapi mereka tidak diizinkan untuk berdoa di dalam kompleks ini.
Meskipun demikian, belakangan ini, semakin banyak kelompok ultranasionalis Yahudi, termasuk politisi sayap kanan Israel, yang menuntut perubahan aturan tersebut.
Di sisi lain, Israel terus memperketat tindakan militernya di Tepi Barat.
Pasukan Israel telah melancarkan serangan terhadap kota Jenin, Tulkarem, dan kamp-kamp pengungsi di wilayah utara Tepi Barat sejak awal Januari.
Serangan-serangan ini semakin memperburuk pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh pasukan Israel terhadap warga Palestina.
Reaksi Internasional dan Ancaman Perlawanan
Tindakan represif ini juga berimbas pada kehidupan sehari-hari warga Palestina.
Pemerintah Israel terus memperkuat langkah-langkah militer ini di pintu masuk dan keluar kota-kota serta permukiman Palestina, yang semakin menambah ketegangan di kawasan tersebut.
Tindakan agresif Israel terhadap Masjid Al-Aqsa dan tindakan militer yang terus meningkat di Tepi Barat kembali memicu kecaman keras dari dunia internasional.
Organisasi hak asasi manusia, negara-negara di Timur Tengah, serta komunitas internasional menyerukan agar Israel menghentikan tindakan provokatif ini yang berpotensi memperburuk konflik di kawasan tersebut.
Banyak pihak khawatir bahwa kebijakan Israel yang semakin agresif ini dapat memicu gelombang protes dan perlawanan lebih besar dari warga Palestina.
Keadaan ini juga meningkatkan ketegangan di kompleks Masjid Al-Aqsa dan di seluruh wilayah Tepi Barat, yang sudah lama menjadi titik rawan kekerasan.
Reaksi keras dari komunitas internasional terhadap tindakan ini diyakini akan semakin memperburuk situasi dan memperpanjang ketegangan yang ada.
Dengan situasi yang semakin buruk, banyak pihak yang meragukan masa depan Masjid Al-Aqsa sebagai tempat ibadah bagi umat Islam.
Israel terus berusaha untuk memperkuat kontrolnya atas Yerusalem, sementara warga Palestina tetap berjuang untuk mempertahankan identitas mereka dan akses ke situs-situs suci mereka.
Tindakan Israel yang semakin memperketat kontrol di Tepi Barat dan Yerusalem berisiko memicu ketegangan lebih lanjut dan memperburuk perpecahan yang ada.
Masjid Al-Aqsa, sebagai simbol identitas Palestina, kini berada di bawah ancaman yang lebih besar dari sebelumnya.
Pemerintah Israel, yang telah mengklaim Yerusalem sebagai ibu kota mereka, terus memperkuat posisi mereka dengan mempercepat proyek Yudaisasi dan mengubah status quo yang telah lama ada.
Sumber: tribunnews
Artikel Terkait
Momen Gibran Jadi Juri Lomba AI Jadi Cibiran, IPK Diungkit Lagi: Ditanya Suku Aja Mikirnya dari Subuh
Buntut Videonya dengan Sesama Jenis di Hotel Viral, dr Oky Pratama Pilih Tutup Kolom Komentar
Dugaan Pungli di Rutan Polda Metro Jaya Harus Diusut Tuntas & Ditindak Tegas Pelakunya
Siapa Rafi Ramadhan? Selebgram Konsultan Spiritual Ditangkap Usai Terbukti Jual Narkoba Berkedok Dukun