Perjuangan Anne Candra Masuk Islam, Diusir dari Rumah hingga jadi Marbot Masjid

- Kamis, 20 Maret 2025 | 15:45 WIB
Perjuangan Anne Candra Masuk Islam, Diusir dari Rumah hingga jadi Marbot Masjid


NARASIBARU.COM -
Menjadi seorang muallaf tentu bukan persoalan mudah bagi Marbot Masjid Raya Bogor Bernama Anne Candra.

Pindah dari satu agama ke agama lain memang penuh tantangan dan perjuangan bagi Marbot Masjid Raya Bogor.

Begitulah kondisi yang tergambar pada kehidupan Anna Candra saat memilih masuk Islam, yang kini dipercaya menjadi Marbot Masjid Raya Bogor.

Dia sempat diusir dan tak lagi dianggap keluarga oleh orang tua.

Perempuan yang akrab disapa Anna itu lahir dari kelurga Protestan yang taat.

Ibunya bahkan menjadi seorang pengurus aktif di salah satu gereja di Kota Bogor.

Selama 1 tahun Anna pun sempat menjadi seorang pengajar sekolah minggu di tempat ibadahnya yang dulu.

Saat itu, tempat tinggal Anna lokasinya tidak jauh dari Masjid Raya Bogor.

Jadi sejak kecil lantunan suara adzan dan bacaan ayat-ayat Al Quran memang sudah tidak asing lagi terdengar di telinganya.

Ditambah lingkungan pertemanannya pun didominasi orang-orang muslim.

Sehingga sejak duduk di bangku SD rasa penasarannya dengan ajaran islam sudah mulai mencuat.

Dia pun kerap ikut teman temannya untuk ngaji di Masjid Raya Bogor. Hanya saja saat itu dia tidak ikut duduk selingkar dengan temannya.

Anna hanya melihat aktifitas mereka dari jendela masjid. Kehiduapan terus berlanjut. Anna mulai tumbuh menjadi wanita dewasa.

Waktu SMA dia sangat suka untuk membuat kaligrafi. Bahkan gurunya pun sempat heran. Sebab tulisan arabnya begitu indah padahal dia seorang non muslim.

“Dan lagi-lagi, saya berada di lingkungan pertemanan yang hampir semuanya beragama muslim. Mereka tidak sama sekali membeda bedakan meski saya berbeda keyakinan,” beber Anna.

Satu waktu Anna mendengar salah seorang temannya yang tengah ngaji. Ayat yang dibaca Ialah surat Ar Rahman.

Dan temannya itu memang sangat mengidolkan surat tersebut. Akhirnya Anna penasaran dengan kandungan ayat dan surat itu.

Anna pun mulai mencari tahu isi kandungan surat Ar Rahman dari berbagai sumber. Saat mengetahui, seketika hatinya tersentuh.

Tidak terasa air matanya pun menetes. Akhirnya dia jatuh cinta dengan surat tersebut.

Namun Anna belum berani untuk mengambil keputusan. Tapi rasan penasarannya dengan ajaran islam begitu menggebu gebu.

Sampai pada satu titik dia akhirnya sadar kalau agama yang saat ini dianutnya memiliki aturan yang begitu kompleks, dalam mengatur kehidupan ummatnya.

“Akhirnya waktu kelas 2 SMA saya memutuskan untuk membaca dua kalimat syahadat secara diam-diam tanpa sepengetahuan mama,” kata Anna saat ditemuir Radar Bogor di pelataran Masjid Raya.

Keputusan Anna untuk besyahadat membuat kehidupannya lebih tenang. Bahkan dia mengaku rasanya seperti seorang bayi yang baru lahir.

Diapun mulai melaksanakan berbagai macam kewajiban sebagai seorang mulim. Salah satuny peringah sholat 5 waktu.

Disini keteguhan hati Anna untuk memeluk ajaran islam mulai diuji. Dia sadar keluarga dan orang tuanya pasti tidak sepakat dengan keputusan yang diambil.

Berbagai macam cara dia lakukan supaya tetap bisa melaksanakan sholat. Misalnya sholat isya menunggu keluarganya tertidur.

Sholat zuhur saat dia masih di sekolah. Sehingga ketika sesampainya di rumah dia sudah menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim.

Sebagaiman istilah sepandai pandainya tupai meloncat pasti akan jatoh juga, aktifitas sholat Anna tercium oleh ibunya.

Cacian dan makian menyelimuti telinganya. Sosok ibu yang taat sebagai protestan tidak terima kalau putrinya telah berbeda keyakinan dengan dirinya.

Sang ibu murka, Anna pun sempat diusir dari rumahnya. Namun kondisi ini tidak sama sekali melunturkan keyakinan.

Dia justru tidak melakukan perlawanan kepada sang ibu. Sebab gurunya pernah bilang kalau seorang anak, harus tetap berbakti kepada orang tua.

Proses sang ibu menerima keputusan Anna yang sudah memeliknagama islam tidak sebentar.

Sampai sampai diapun tak menyadari bahwa waktu membawanya telah lulus SMA.

Sebagai mana kodrat seorang manusia. Annapun mulai mencari pekerjaan. Dia mendapat rezeki unntuk bekerja di Cikarang.

Akhinya dia pindah kesana, sampai dia mendapatkan pujaan hati di lokasi tersebut.

Anna mengaku dia lebib leluasa untuk menjalanlan ibadah sholat. Namun Anna pun teringat pesan guru ngajinya tadi.

Sehinnga saat pulang ke Bogor dia rutin menyempatkan waktu untuk sekedar tegur sapa dengan sang ibu.

Sampai pada satu ketika, Anna pun mengalami problem internal di keluarga kecilnya yang membuat dirinya harus pergi kembali lagi ke Kota Bogor.

Tapi Anna yang saat itu telah dikaruniai seorang anak kebingungan untuk mencari tempat tinggal.

Sehingga dia akhirnya mencari petunjuk di rumahnya allah yakni Masjid Raya Bogor.

Tempatnya mendapatkan hidayah. Untaian doa dan harapan dia utarakan untuk meminta petunjuk dengan tuhan

Keteguhan hatinya dibayar kontan oleh Allah. Anna pun bertemu dengan salah seroang pengurus DKM yang sudah dia kenal sejak muda.

Dia bercerita dengan orang tersebut, dan diberi kesempatan untuk tinggal disana, serta diberi pekerjaan sebagai seorang merbot masjid.

“Saya senang karena saya bisa kerja di rumahnya Allah. Saya berfikir lebih aman tinggal di rumah Allah, banyak yang nyinyir atas pekerjaan saya, tapi saya fikir ini pekerjaan yang mulia,” jelasnya.

Anna akhirnya diberi tempat tinggal di Masjid Raya Bogor hingga beberapa tahun. Namun akhirnya Anna memutuskan untuk mencari kontrakan.

Jadi jika tidak ada acara, dia pulang ke rumahnya yang berlokasi di Jalan Riau, Kota Bogor.

Dia kembali merangkul ibunya untuk tinggal bersama. Hal itu dilakukan lantaran sang ibu sudah beruisa lebih lanjut.

Anna Candra menyadari kalau tuntutunan berbakti kepada orang tua tetap harus berlanjut dalam kondisi dan situasi apapun.

Sumber: jawapos

Komentar