Update Gempa Myanmar: Ratusan Tewas, Rumah Sakit Penuh, Junta Minta Bantuan Internasional

- Sabtu, 29 Maret 2025 | 05:45 WIB
Update Gempa Myanmar: Ratusan Tewas, Rumah Sakit Penuh, Junta Minta Bantuan Internasional


NARASIBARU.COM -
Gempa bumi berkekuatan 7,7 magnitudo mengguncang Myanmar dan negara tetangga Thailand serta Vietnam pada 28 Maret.

Gempa dahsyat tersebut menewaskan lebih dari 153 orang, merusak bangunan serta jembatan utama, dan menghancurkan jalan.

Menurut stasiun televisi milik pemerintah Myanmar, MRTV, setidaknya 144 orang tewas dan lebih dari 700 lainnya terluka.

Gempa darat yang berpusat di barat laut Kota Sagaing ini juga disusul oleh gempa susulan berkekuatan 6,4 magnitudo beberapa menit kemudian.

Junta militer Myanmar mengakui besarnya dampak bencana ini. Pemimpin junta, Jenderal Senior Min Aung Hlaing, dalam pidato yang disiarkan MRTV, mengatakan telah meminta bantuan internasional, termasuk dari ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on Disaster Management (AHA Centre) dan India.

Juru bicara junta, Zaw Min Tun, meminta komunitas internasional segera mengirimkan bantuan kemanusiaan.

Rumah sakit di Naypyitaw, Mandalay, dan Sagaing penuh dengan pasien. Laporan menyebutkan sedikitnya 20 orang tewas di rumah sakit Naypyitaw yang berkapasitas 1.000 tempat tidur.

Kesaksian Korban dan Situasi di Lapangan


Di Mandalay, korban yang mengalami pendarahan dilarikan ke rumah sakit menggunakan ambulans, mobil, dan sepeda motor.

Seorang dokter di Rumah Sakit Umum Mandalay mengungkapkan bahwa lonjakan pasien menyebabkan persediaan perban habis, bahkan ruang gerak di rumah sakit menjadi sangat terbatas.

Di Kota Taungoo, tiga orang tewas akibat sebagian bangunan masjid runtuh.

Sementara itu, di Aung Ban, Negara Bagian Shan, dua orang dilaporkan meninggal dan 20 lainnya terluka setelah sebuah hotel ambruk.

Seorang warga bernama Kyi Shwin, 45, kehilangan putrinya yang berusia tiga tahun saat gempa terjadi.

“Saya mencoba menyelamatkannya, tetapi sebelum sempat mendekat, reruntuhan menimpa saya,” ujarnya dengan tubuh penuh luka di luar rumah sakit. “Tidak ada cukup dokter untuk merawat kami. Tolong bantu kami," ungkapnya.

Puluhan Orang Terperangkap


Di Bangkok, Thailand, sebuah gedung 30 lantai yang sedang dibangun runtuh akibat gempa.

Wakil Perdana Menteri Thailand, Phumtham Wechayachai, mengonfirmasi bahwa setidaknya sembilan orang tewas dan puluhan pekerja berhasil diselamatkan. Namun, sekitar 81 orang masih terjebak di bawah reruntuhan.

Tayangan di media sosial menunjukkan bangunan yang direncanakan untuk kantor pemerintahan itu berubah menjadi puing-puing dalam hitungan detik.

Deputi Kepala Polisi Distrik Bang Sue, Worapat Sukthai, menyatakan bahwa jumlah korban luka diperkirakan mencapai ratusan orang, namun angka pastinya masih diverifikasi.

Bandara dan Gedung Kementerian Runtuh


The Yangon Times melaporkan bahwa menara kontrol lalu lintas udara di bandara Naypyitaw ambruk, menewaskan seluruh orang di dalamnya.

Selain itu, beberapa gedung kementerian di Naypyitaw, termasuk yang menampung Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Tenaga Kerja, turut roboh.

Laporan menyebutkan bahwa banyak korban tewas, termasuk Sekretaris Tetap Kementerian Tenaga Kerja.

Tim jurnalis yang berada di Museum Nasional Naypyitaw saat gempa terjadi melaporkan bahwa bagian langit-langit runtuh saat gedung mulai bergetar.

Staf berseragam berlarian keluar, beberapa tampak gemetar dan menangis, sementara yang lain berusaha menghubungi keluarga mereka melalui ponsel.

Jalan-jalan di sekitar lokasi kejadian mengalami kerusakan parah akibat gempa, dengan rute menuju salah satu rumah sakit terbesar di kota tersebut mengalami kemacetan hebat.

Rumah sakit tersebut dinyatakan sebagai "zona korban massal" oleh pejabat setempat.

Seorang paramedis terdengar berteriak, "Mobil, minggir agar ambulans bisa lewat," saat kendaraan berusaha mencapai korban yang membutuhkan pertolongan.

Dampak Gempa dan Upaya Penyelamatan

Gempa ini merupakan salah satu yang paling mematikan dalam beberapa dekade terakhir di Myanmar.

Infrastruktur yang sudah rusak akibat konflik berkepanjangan semakin memperburuk situasi.

Operasi pencarian dan penyelamatan terus dilakukan di Myanmar dan Thailand.

Tim penyelamat berpacu dengan waktu untuk menemukan korban yang masih tertimbun, sementara kebutuhan mendesak akan bantuan medis dan logistik semakin meningkat.

Pemerintah dan organisasi kemanusiaan internasional diharapkan dapat segera memberikan bantuan guna mencegah krisis kemanusiaan yang lebih besar di kawasan terdampak.(*)

Sumber: jawapos

Komentar