Politikus PDIP dekat almarhum Taufik Kiemas, Beathor Suryadi melontarkan kritik tajam terhadap mantan Presiden Joko Widodo atas pemberian Bintang Jasa kepada Fahri Hamzah, mantan Wakil Ketua DPR RI 2014–2019. Dalam pernyataan kerasnya, Beathor menyebut penghargaan itu sebagai bentuk pengkhianatan terhadap semangat reformasi.
“Fahri adalah ular kobra reformasi yang meninggalkan racun di tubuh bangsa. Ia pelaku utama pelemahan KPK, pesanan dari Presiden sendiri,” tegas Beathor kepada www.suaranasional.com, Rabu (9/4/2025).
Menurut Beathor, Fahri Hamzah telah lama meninggalkan garis perjuangan rakyat. Ia menganggap politisi asal NTB itu menggunakan platform aktivisme dan DPR hanya sebagai tangga menuju kekuasaan, bukan sebagai alat pembebasan rakyat.
“Dia berbicara lantang hanya ketika tak punya kekuasaan. Begitu diberi posisi, dia justru menjebak institusi penegak hukum dalam cengkeraman politik. Ia bukan pejuang reformasi, tapi operator politik kekuasaan,” tandas Beathor.
Fahri Hamzah disebut sebagai figur penting yang mendorong revisi Undang-Undang KPK tahun 2019. Revisi ini dikritik luas sebagai cara sistematis untuk melumpuhkan lembaga antirasuah.
“Jangan lupa, revisi itu menghapus independensi KPK. Menjadikannya lembaga administratif biasa, di bawah kendali kekuasaan. Dan itu tidak akan bisa terjadi tanpa dukungan pimpinan DPR seperti Fahri,” lanjut Beathor.
Baginya, revisi UU KPK adalah agenda sistematis yang disiapkan oleh lingkar dalam kekuasaan.
“Fahri hanya eksekutor, namun kesediaannya menjadi algojo demokrasi itulah yang membuatnya layak disebut ular kobra.” ucap Beathor.
Puncak ironi menurut Beathor adalah ketika mantan Presiden Jokowi justru memberikan penghargaan Bintang Jasa kepada Fahri. “Itu bukan penghargaan. Itu tamparan bagi gerakan antikorupsi. Kita seperti menyaksikan pelaku pembakaran rumah diberi piagam oleh pemilik rumah,” sindirnya.
Beathor juga menyinggung bahwa pemberian Bintang Jasa menunjukkan dengan terang bahwa pemerintahan Jokowi tidak pernah serius melanjutkan agenda reformasi. “Bintang itu bukan untuk jasa, tapi untuk jasa-jasaan dalam melayani kehendak kekuasaan.” Beathor menegaskan.
Dalam penutupnya, Beathor mengingatkan rakyat untuk tidak melupakan peran siapa saja yang menghancurkan KPK dan mengkhianati gerakan reformasi.
“Jangan biarkan sejarah ditulis oleh para pelaku penghianatan. Fahri bisa saja berdiri dengan bintang di dadanya. Tapi rakyat tahu, racun yang ia tebarkan di tubuh republik ini tidak akan hilang begitu saja,” pungkas Beathor.
Sumber: suaranasional
Foto: Beathor Suryadi (Dok Pribadi)
Artikel Terkait
Pengusaha Es Kristal di Langkat Ngaku Diintimidasi, Usaha Ditutup Paksa Anggota Ormas
Polisi di Buton Utara Dipecat Usai Dilaporkan Lecehkan Mertua, Tak Terima Kini Ajukan Banding
Akhirnya RK Polisikan Lisa Mariana, Atalia Percaya Karma: Kalau Suami Saya Salah, Hukum Alam Menanti
Pertemuan Prabowo-Megawati Tak Akan Pengaruhi Sikap PDIP pada Gibran