Dari Sespimmen Hingga Menteri Temui Jokowi, Kajian Politik Merah Putih: 'Pembusukan Terhadap Prabowo Oleh Geng Solo'
Dalam pernyataan tajam dan penuh keprihatinan, Koordinator Kajian Politik Merah Putih, Sutoyo Abadi, kembali melontarkan kritik keras terhadap kondisi politik Indonesia pasca pembentukan Kabinet Merah Putih.
Ia menyebut pemerintahan saat ini tengah memasuki fase paling kelam dari degenerasi nilai, di mana kebenaran diputarbalikkan dan negara dikendalikan oleh kekuatan oligarki yang tak kasat mata.
Mengutip pemikir politik Hannah Arendt dalam buku The Origins of Totalitarianism (1951), Sutoyo menyoroti bagaimana dalam rezim totaliter, masyarakat kehilangan kemampuan untuk membedakan antara fakta dan fiksi, antara benar dan salah.
“Ini bukan sekadar kekacauan informasi, tapi pembusukan moral dan etika dalam politik,” ujarnya dalam keterangannya, Ahad (20/4/2025).
Sutoyo mencurigai pertemuan sejumlah mantan menteri Kabinet Indonesia Maju dengan Presiden ke-7 Joko Widodo sebagai bentuk kamuflase kekuasaan.
Meski mereka mengaku Jokowi sebagai “bos” mereka, menurut Sutoyo, kenyataannya mereka tunduk kepada oligarki yang mengendalikan arah politik dan ekonomi bangsa.
Hal yang sama, kata dia, juga tampak dari kunjungan sejumlah perwira polisi peserta Didik Sekolah Staf dan Pimpinan Menengah (Serdik Sespimmen) Polri Pendidikan Reguler (Dikreg) ke-65 yang mendatangi Jokowi di Solo pada 17 April 2025.
“Mereka datang bukan untuk mencari nasihat, melainkan menegaskan posisi subordinat kepada kekuatan lama di balik panggung kekuasaan,” jelas Sutoyo .
Menurut Sutoyo, ini menegaskan bahwa pemerintahan Prabowo Subianto secara de jure sah, namun secara de facto masih berada di bawah bayang-bayang Jokowi dan kekuatan oligarki yang telah mengakar.
Lebih lanjut, Sutoyo menggambarkan bahwa kondisi politik hari ini telah memasuki era truth decay—pembusukan kebenaran.
Narasi-narasi yang beredar dipenuhi oleh manipulasi fakta dan kebohongan yang disengaja demi membangun legitimasi palsu bagi rezim yang ada.
“Institusi-institusi negara berubah menjadi panggung drama absurd. Para pejabat berlomba-lomba tampil penuh simbol, pesta pora, dan euforia, tanpa punya rasa tanggung jawab moral sedikitpun atas keselamatan bangsa,” ujarnya.
Menurutnya, konstitusi Pancasila dan UUD 1945 telah “mati suri”, digantikan oleh logika kekuasaan yang pragmatis dan oligarkis.
Setiap upaya untuk mengembalikan Indonesia ke jalur konstitusional dianggap berbahaya dan akan ditekan dengan cara-cara intimidatif.
Sutoyo tak segan menyebut Kabinet Merah Putih sebagai “kerumunan pejabat hobi pesta” yang hanya gemar beretorika.
Ia menyebut mereka tidak memiliki komitmen pada kebenaran, justru lihai menciptakan kesan gaduh, narasi palsu, dan pencitraan demi melanggengkan kekuasaan yang dikendalikan oleh “9 Naga Oligarki”.
“Ini bukan era keadilan, melainkan era pembungkaman. Yang bicara benar ditindas, yang tunduk diberi panggung,” katanya.
Sutoyo mengutip Mark Twain yang mengatakan, “Politik adalah satu-satunya profesi yang memungkinkan Anda berbohong, mencuri, menipu, dan tetap terhormat.”
Ia menyerukan agar bangsa Indonesia segera kembali ke jati diri konstitusional, menghidupkan kembali Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
“Jika tidak, maka kita sedang menyaksikan keruntuhan republik ini—perlahan tapi pasti—dibungkus senyuman dan simbol-simbol palsu,” pungkasnya.
***
Anak Buah Prabowo Kunjungi Jokowi di Solo, Ada Apa?
Wakil Menteri Pertanian Sudaryono mengunjungi kediaman presiden ke-7 RI Joko Widodo di Sumber, Solo, Jawa Tengah, Minggu (20/4).
Dia membantah isu matahari kembar di pemerintahan Prabowo Subianto saat ditanya wartawan usai bertemu Jokowi.
Isu 'matahari kembar' mencuat setelah sejumlah menteri Kabinet Merah Putih ramai-ramai berkunjung ke rumah beberapa waktu lalu.
"Enggak ada lah, please lah, enggak usah lebay matahari kembar. Matahari cuma satu, itu terbit dari Timur, terbenam di Barat," kata Daryono.
Daryono menilai isu matahari kembar sengaja diembuskan oleh pihak-pihak yang ingin menimbulkan keributan.
"Tinggal kita mau ambil dari sudut pandang yang mana. Seneng info yang misleading dibesar-besarkan jadi berita kemudian jadi prahara? Menurut saya, sih, agak lebai lah urusan matahari kembar," kata Daryono.
Ketua DPD Jateng Partai Gerindra itu pun memastikan ia menemui Jokowi atas inisiatif pribadi. Daryono tidak meminta izin kepada Presiden Prabowo sebelum berkunjung ke kediaman Sumber.
"Kalau (menteri) yang lain saya enggak tahu ya. Aku sih sebagai kader, silaturahmi enggak masalah, fine gitu loh," kata dia.
"Kenapa harus izin dulu. Namanya pemberitaan seolah-olah mendikotomi antara Pak Jokowi dan Presiden Prabowo, enggak dong," lanjutnya.
Daryono pun menegaskan pemerintahan Presiden Prabowo bertekad untuk melanjutkan pemerintahan Jokowi.
"Pemerintahan Presiden Prabowo bertekad untuk melanjutkan pemerintahan Jokowi," kata dia.
Lebih lanjut, Daryono membeberkan dalam pertemuan tersebut ia membahas berbagai keberhasilan di sektor pertanian yang sudah diraih pemerintahan Presiden Prabowo.
"Misalnya, bagaimana serapan gabah, bagaimana kondisi petani, bagaimana terkait pupuk," kata dia.
Dalam pertemuan tersebut, kata Daryono, Jokowi memuji keberhasilan Presiden Prabowo meningkatkan hasil produksi pertanian.
Panen beras di tanah air justru melimpah di saat negara-negara sahabat sedang kesulitan mendapatkan beras.
"Tadi dipuji sama beliau. Produksi beras kita melimpah di tengah-tengah negara tetangga kita lagi kesusahan beras," kata dia.
Sumber: JakartaSatu
Artikel Terkait
Foto Simbolik Pertemuan Syahganda Cs dengan Dasco, Nicho Silalahi: Sinyal Politik ke Jokowi
Kasihan Paula Verhoeven Idap Penyakit, Baim Wong Sempat Dilarang Nikahi Sang Model
Muslim Arbi: Kapolri Listyo Sigit Lebih Loyal ke Jokowi Daripada Terhadap Presiden Prabowo
VIRAL Rekaman Suara Asli Hashim Djojohadikusumo Adik Kandung Prabowo Subianto