Gaduh Ijazah Palsu Jokowi, Kenapa Megawati Terus Bungkam?

- Selasa, 22 April 2025 | 20:10 WIB
Gaduh Ijazah Palsu Jokowi, Kenapa Megawati Terus Bungkam?


Kasus ijazah Jokowi kembali bikin gaduh. Ramai di ruang sidang. Meledak di media sosial. Jadi bahan omongan di mana-mana.

Publik terus bertanya: Asli atau palsu? Kenapa tak kunjung dibuka tuntas? Apa yang sebenarnya sedang disembunyikan?

Tapi, di tengah hiruk-pikuk itu, ada yang luput dari perhatian publik. Megawati dengan PDIP-nya diam membisu. Mega terus bungkam. PDIP membatu. Kenapa?

Mega Tahu Sejak Awal?

Jokowi bukan tokoh independen. Bukan aktivis yang punya rekam jejak piawai di ruang diskusi. Juga tak terdeteksi mengaum di atas mobil komando. Dia tiba-tiba masuk politik.

Dia juga bukan tentara, apalagi jenderal. Juga bukan intelektual. Garis keturunannya pun diperselisihkan orang.

Jokowi adalah produk rekayasa politik. Penuh intrik. Dan, tentu saja persekongkolan. Siapa yang melahirkan? PDIP, tepatnya Megawati.

Mulai dari Solo, di DKI, sampai jadi Presiden RI, semuanya lewat jalur partai banteng. Lewat tangan Mega. Itu artinya: Kalau ijazah Jokowi bermasalah, Mega (mestinya) sudah tahu. Sejak awal, bahkan. Pertanyaannya, kenapa dia terus bungkam? Kenapa tak ikut bersuara?

Bukankah Kasus ijazah palsu bisa jadi senjata pamungkas untuk menghabisi? Bukankah dalam 1-2 tahun terakhir para elit PDIP rajin dan doyan playing victim, seolah-olah mereka dikhianati dan dizalimi Jokowi?

Kalau Mega ikut bersuara, bahwa ijazahnya palsu, Jokowi pasti langsung tamat. Tapi kenapa hal itu tak dilakukan?

Terlibat Terlalu Dalam

Sepertinya PDIP tak bisa cuci tangan. Faktanya mereka yang mendaftarkan Jokowi sebagai calon Wali Kota Solo, Gubernur DKI Jakarta, lalu Presiden. Semua tahapan itu pasti melibatkan verifikasi dokumen, termasuk ijazah.

Jadi kalau sekarang ada dugaan ijazah palsu, maka PDIP juga bisa diseret. Sebagai pihak yang ikut melegalkan. Turut memuluskan jalan.

Dugaan sementara, Mega dan PDIP-nya tidak bersuara bukan karena tidak tahu. Tapi jsutru karena terlalu tahu. Dan, terlibat terlalu dalam..

Saling Sandera?

Di hadapan publik, Megawati berkali-kali menyebut Jokowi sebagai “petugas partai”. Artinya: Jokowi di bawah kendali Mega. Paling tidak, secara teori begitu.

Tapi kenyataannya berbeda. Setelah naik jadi presiden, terutama pada periode kedua, Jokowi justru pelan-pelan meninggalkan PDIP. Dia membangun kekuatan sendiri. Mengatur koalisi sendiri. Bahkan secara pasti meminggirkan Puan yang jadi harapan Mega. Lalu sibuk membangun dinasti. Gibran jadi walikota Solo. Lalu didorong jadi Wapres. Bobby, menantunya jadi Walikota Medan, kemudian Gubernur Sumut. Si bungsu Kaesang, sim salabim, jadi Ketum parTAI PSI.

Kini PDIP tak berani menyerang Jokowi. Bisa jadi ini karena Jokowi tahu banyak soal jerroan PDIP. Singkat kata, mereka saling sandera.

Mega tahu soal ijazah Jokowi. Sebaliknya, mantan tukang mebel dari Solo tahu soal borok internal partai. Tentang uang. Tentang manuver. Tentang kompromi.

Diamnya Mega bisa jadi adalah bagian dari perjanjian diam-diam kedua belah pihak. Mereka sepakat untuk saling menjaga. Kalau satu meledak, semua ikut hancur. Tiji tibeh, mati siji mati kabeh. Satu mati, mati semua.

Isu ijazah bukan perkara kecil dan sepele. Ini bom waktu. Kalau benar palsu, maka semua proses pemilu sejak 2014 bisa cacat hukum.

Bayangkan efeknya: Semua kebijakan, undang-undang, bahkan keputusan strategis negara jadi tak sah.

Mega paham ini. PDIP ngerti betul. Mereka tak berani menyalakan api, karena bisa membakar mereka juga. Membakar semua! Mereka takut runtuh bersama.

Kita ulang lagi pertanyaannya:
Kenapa Mega terus bungkam? Apa karena takut rahasianya ikut terbongkar? Atau karena memang sejak awal ikut bermain?

Rakyat butuh kejujuran. Butuh transparansi. Butuh pemimpin yang bersih, bukan hasil kompromi dan manipulasi.

Jakarta, 22 April 2025

Oleh: Edy Mulyadi
Wartawan Senior
______________________________________
Disclaimer: Rubrik Kolom adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan NARASIBARU.COM terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi NARASIBARU.COM akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

Komentar