Agen Intelijen Rusia & Mossad? Connie Ungkap 37 Dokumen Rahasia Paling Ngeri Terkait Kapolri dan Upaya Bubarkan PDIP!

- Selasa, 29 April 2025 | 23:55 WIB
Agen Intelijen Rusia & Mossad? Connie Ungkap 37 Dokumen Rahasia Paling Ngeri Terkait Kapolri dan Upaya Bubarkan PDIP!




NARASIBARU.COM - Connie Rahakundini Bakrie telah menyerahkan 37 dokumen dan sejumlah video yang sebelumnya dititipkan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto kepada Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP. 


Dokumen yang dikenal sebagai "Dokumen Rusia" telah dinotariskan di Rusia dan diserahkan langsung kepada Wakil Sekjen PDIP Yoseph Aryo Adhi Dharmo. 


Beberapa dokumen, termasuk dokumen nomor 16 disebut memuat informasi terkait Kapolri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo dan rencana pembubaran PDIP. 


Connie menegaskan dokumen-dokumen tersebut tidak boleh disalin atau diedarkan sesuai perjanjian dengan Hasto. 


Penyerahan dokumen ini setelah Hasto ditetapkan tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Desember 2024 dalam kasus dugaan suap terkait pergantian antar waktu anggota DPR dan perintangan penyidikan terhadap buronan Harun Masiku. 


Penyerahan dokumen ini lantas membuat sosok Connie mendapat banyak sorotan. 


Bahkan disebut-sebut jika Connie dituding sebagai Agen Intelijen Rusia (KGB/FSB) dan Agen Intelijen Israel (Mossad) di masa lalu.


Terkait hal ini, Connie Rahakundini saat dikonfirmasi Monitorindonesia.com, Selasa (29/4/2025) enggan berkomentar.


Awalnya, dokumen rahasia berjumlah 37 yang dititipkan Hasto tersebut dibawa Connie Bakrie ke Rusia. 


Selama membawa dokumen tersebut, Connie Bakrie mengaku deg-degan, menurutnya di antara puluhan dokumen tersebut, yang paling ngeri adalah dokumen terkait Kapolri dan upaya bubarkan PDIP.


Connie Bakrie mengaku sebenarnya deg-degan memegang dokumen rahasia tersebut. 


Pasalnya, dokumen rahasia itu menyangkut nama Kapolri hingga informasi soal adanya upaya untuk membubarkan PDIP. 


"Notaris pertama ini tentang 32 dokumen, dicap oleh notaris Rusia. Yang ini dokumen tambahan. Jadi total dokumen pada saya tuh 37," kata Connie.


"Yang paling mengerikan untuk saya nomor 16, itu hubungan dengan Kapolri, nomor 7 bagaimana PDIP mau dibubarkan, dihancurkan," kata Connie Bakrie sembari menyerahkan dokumen rahasia tersebut kepada Wakil Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP), Yoseph Aryo Adhie Dharmo.


Meski demikian, Connie Bakrie tidak mengungkapkan siapa sosok Kapolri yang ia maksud. Termasuk bagaimana dan siapa yang berencana membubarkan PDIP.


Connie Bakrie hanya menjelaskan, dua dari 37 dokumen tersebut membuatnya khawatir. 


Sementara, 35 dokumen rahasia lainnya menyangkut soal kasus korupsi di Indonesia. 


"Saya deg-degan megang dua dokumen itu. Yang lain kan tentang korupsi-korupsi," jelas Connie Bakrie.


Selain dokumen, Connie Bakrie juga menyerahkan satu buah flashdisk berisi video yang dulu dititipkan oleh Hasto Kristiyanto.


"Selain dokumen itu saya juga dititipkan video dan ini video. Ini saya harus serahkan ke Mas Adhi karena orang nanya bentuknya apa, bentuknya ini, flashdisk," jelas Connie.


Kepada Adhie, Connie menegaskan dirinya tidak pernah meng-copy atau menyalin dokumen tersebut dalam bentuk apapun. 


Apalagi, kata dia, menyebarkan isi dokumen Hasto Kristiyanto itu kepada publik.


"Tidak ada saya copy ini semua, saya ada perjanjian dengan Mas Hasto tidak boleh saya edarkan, apalagi meng-copy," jelas Connie.


Connie pun mengungkapkan alasan mengapa dirinya menyerahkan dokumen rahasia tersebut kepada Adhie. Ada tiga alasan dirinya harus mengembalikan dokumen itu kepada PDIP.


Yang pertama, Connie sudah tidak memiliki akses untuk menghubungi Hasto Kristiyanto.


Kedua, dirinya juga tidak diperkenankan oleh Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, untuk bersuara.


Lalu yang ketiga, Connie mengaku mendapatkan gelar di Rusia yang setara dengan Perdana Menteri, sehingga harus menetap di Rusia hingga 2026.


"Kalau ditanya kenapa saya serahkan ke Pak Adhie. Sejak Pak Hasto ditangkap, saya sudah tidak punya akses (berkomunikasi). Kedua Ibu (Megawati) bilang ke saya untuk tidak boleh bicara sama sekali, lalu untuk apa saya pegang dokumen?"


"Yang ketiga Mas Adhie, ini kontrak dari kampus saya di Rusia tanggal 10 Maret 2025 saya diangkat (dengan jabatan) kelas saya itu Perdana Menteri. Jadi akhirnya saya harus menetap di Rusia mungkin mau jadi warga negara," tandas Connie.



Sumber: MonitorIndonesia

Komentar