Jika Ukraina Kalah, Rusia Dapat Menguasai 30 Persen EKspor Global Gandum

- Senin, 22 Januari 2024 | 08:01 WIB
Jika Ukraina Kalah, Rusia Dapat Menguasai 30 Persen EKspor Global Gandum

KLIKANGGARAN -- Rusia bisa menguasai hampir sepertiga dari ekspor gandum global jika berhasil memenangkan konflik militer dengan Ukraina, demikian yang diprediksi oleh Menteri Luar Negeri Prancis yang baru dalam sebuah wawancara dengan Le Parisien pada hari Sabtu.

Dalam skenario seperti itu, Prancis akan menghadapi krisis pangan yang parah dan inflasi yang melonjak, menurut Stephane Sejourne, yang berpendapat untuk memberikan lebih banyak bantuan keuangan kepada Kiev.

"Jika Ukraina kalah, 30% dari ekspor dunia akan jatuh di bawah kendali Rusia, mengancam gandum Prancis di pasar internasional," katanya, menambahkan bahwa bantuan keuangan sangat penting bagi Presiden Ukraina, Vladimir Zelensky, karena dia "perlu menunjukkan kepada rakyatnya bahwa dia masih mendapat dukungan."

Setelah kesepakatan gandum Laut Hitam yang difasilitasi oleh PBB gagal, produsen Ukraina harus mengekspor gandum melalui wilayah negara tetangga.

Pada tahun 2022, Uni Eropa menghentikan tarif atas ekspor Ukraina dalam upaya untuk memberikan dukungan keuangan kepada Kiev, lapor Russia Today.

Akibatnya, lonjakan besar-besaran gandum murah dari Ukraina membuat petani UE tidak mampu bersaing dengan harga rendah barang impor.

Tindakan tersebut memicu beberapa protes besar oleh produsen pertanian Eropa atas banjirnya produk Ukraina murah ke UE.

Pada tahun 2023, petani Polandia beberapa kali memblokir perlintasan perbatasan dengan Ukraina karena masalah ini.

Krisis ini memaksa Brussel untuk memberlakukan larangan impor gandum Ukraina pada bulan Mei 2023, yang kemudian dicabut secara sepihak pada bulan September.

Polandia, Hungaria, Slovakia, dan Rumania segera mengembalikan kembali pembatasan tersebut di tingkat nasional, sehingga Ukraina mengajukan keluhan yang saat ini ditangguhkan kepada Organisasi Perdagangan Dunia.

Bulgaria, yang menolak bergabung dengan empat negara tersebut dan mengembalikan pembatasan, dilanda protes petani pada bulan September 2023.***

Artikel ini telah lebih dulu tayang di: klikanggaran.com

Komentar