Anak Yatim Tewas Diduga Ditendang Polisi Dituduh Pakai Narkoba, Keluarga Bantah: Fitnah!

- Kamis, 13 Maret 2025 | 22:45 WIB
Anak Yatim Tewas Diduga Ditendang Polisi Dituduh Pakai Narkoba, Keluarga Bantah: Fitnah!


NARASIBARU.COM
- Terkuak kronologi tewasnya siswa Pandu Brata Siregar (18) di Kisaran, Asahan Sumatera Utara.

Siswa SMA Ditendang polisi dituduh pakai narkoba.

Polres Asahan menuding Pandu  yang meninggal setelah diduga ditendang oleh oknum polisi, positif narkoba.

Namun tudingan polisi soal Pandu gunakan pakai narkoba dibantah keluarga korban.

Keluarga Pandu mengatakan tudingan tersebut fitnah.

Sebelumnya, Polres Asahan melalui Kasi Humas Polres Asahan, IPTU Anwar Sanusi mengungkap soal korban yang disebut posisi narkoba melalui  press rilisnya, Rabu (12/3/2025).

"Saat diamankan, Kanit Reskrim Polsek Simpang Empat curiga gerak-gerik yang bersangkutan, dan melakukan tes urine, dan ternyata positif," ungkap Kasi Humas Polres Asahan, IPTU Anwar Sanusi.

Mendengar pernyataan tersebut, keluarga korban mengaku apa yang diungkapkan oleh Kasi Humas Polres Asahan tersebut sebuah fitnah yang kejam.

Sebab, menurutnya, Pandu merupakan anak yang memiliki pola hidup sehat dan tidak pernah menyentuh hal-hal yang aneh.

"Fitnah, itu tidak benar. Karena saya setiap hari dengan korban. Saya tau persis kehidupan dia (korban). Jangankan sabu, Rokokpun tidak," ungkap kerabat korban yang ingin identitasnya di rahasiakan.

Menurutnya, perbuatannya tersebut sangat keji dan tidak manusiawi.

 Sebab, Pandu memiliki cita-cita menjadi angkatan bersenjata Indonesia.

"Dia ini mau masuk TNI. Dia juga bukan anak yang nakal, saya tau dia juga pelari, dia berprestasi. Terbukti, setiap dia ikuti lomba, dia selalu juara. Dimana dia narkobanya," ungkapnya.

Sementara, rekan korban dan juga saksi mata mengaku, sempat menemani korban di Polsek Simpang Empat saat sedang diambil tes urinenya.

Menurutnya, tes urine yang dilakukan oleh unit Reskrim Polsek Simpang Empat itu sempat negatif dan diulang sebanyak dua kali.

"Saya tau, dua kali dia ini di tes. Pertama negatif, kemudian yang kedua samar-samar. Kami keluar duduk didepan ruangan Kanit Intel, kemudian dia dipanggil masuk dan dinyatakan positif narkoba," ungkap siswa kelas 12 SMA tersebut.


Anak yang masih berusia 18 tahun ini mengaku, korban telah mempersiapkan diri untuk mencoba tes TNI apabila tamat sekolah.

Kronologi Awalnya Balapan Liar, Polisi tak Bisa Perlihatkan CCTV


Polres Asahan tak mampu memberikan CCTV penangkapan terhadap korban Pandu Brata Siregar (18) seorang pelajar di sekolah menengah atas (SMA) di Asahan yang diduga ditendang oleh oknum polisi.

Berdasarkan keterangan Kasi Humas Polres Asahan, IPTU Anwar Sanusi, terdapat CCTV yang memperlihatkan bahwa anak itu diamankan dalam kondisi baik.

Namun, cctv yang dihadirkan oleh Polres Asahan, merupakan CCTV saat korban masuk dan keluar dari Polsek Simpang Empat setelah diamankan petugas.

"Di TKP, karena itu pedesaan dan suasana gelap, kemungkinan CCTV tidak ada. Berdasarkan hasil keterangan sebelumnya, jarak antara mobil patroli petugas dan yang bersangkutan lompat dari sepeda motor ada 50 meter artinya tidak ada kontak fisik saat pengejaran," kata Kasi Humas Polres Asahan, 

Disinggung tribun-medan.com, terkait adanya rontgen yang diterima memperlihatkan beberapa luka dalam, polisi masih belum melakukan klarifikasi terhadap hal tersebut.

"Di media sosial ada saya lihat, tapi nanti kami juga akan mengecek langsung ke rumah sakit terkait itu. Dapat ga nanti pihak rumah sakit yang bisa menjelaskan kalau ada tindakan penganiayaan atau tindakan kekerasan lainnya akan kami lakukan pemeriksaan lebih lanjut," katanya.

Jelas Sanusi, saat penangkapan tersebut, terdapat dua tim.

Satu tim menggunakan sepeda motor, dan tim lainnya menggunakan mobil patroli Polsek Simpang Empat.

"Yang tim Reskrim menggunakan sepeda motor, dan yang tim patroli menggunakan mobil patroli," katanya.

Sebelumnya, PBS (18) meninggal dunia setelah diduga dianiaya oleh oknum polisi.

 Dikabarkan, korban mengalami kekerasan yang dilakukan oleh oknum polisi setelah menonton balap lari pada Minggu (9/3/2025) malam.

Dijelaskan salah seorang kerabat yang tak ingin disebutkan namanya ini, korban sempat mengaku ditendang sebanyak dua kali oleh oknum.

"Jadi awalnya dia ini nonton balap lari sama teman-temannya, di dekat PT Sintong. Kemudian, ada polisi dua sepeda motor ngejar bubarkan balap itu. Karena kewalahan, mereka satu sepeda motor tarik lima," ungkap keluarga korban, Selasa (11/3/2025).

Selanjutnya, terjadi aksi kejar-kejaran antara diduga polisi dengan sepeda motor yang ditumpangi oleh korban.

"Setelah dikejar, satu orang lompat kemudian lari. Lepas dari kejaran polisi. Saat korban yang lompat, terjatuh dan pengakuan korban saat itu langsung ditendang sebanyak dua kali," ungkapnya.

Setelah diamankan, korban. Sempat dibawa ke Polsek Simpang Empat dan dijemput dan dibawa berobat.

"Berdasarkan hasil pemeriksaan rumah sakit, diagnosa dari dokter itu ada yang bocor bagian dalamnya. Kalau tidak salah lambungnya," ungkapnya.

Katanya, terdapat beberapa luka lain dibagian kepala dan wajah korban. Kini, keluarga masih berembuk terkait rencana melaporkan kejadian ini ke Propam Polres Asahan.

"Korban ini anak yatim piatu. Saat ini sudah dalam proses pemakaman, laporan ini kami masih pertimbangkan apakah akan membuat laporan karena masalah biaya juga," katanya.

Polres Asahan Digeruduk Massa


Massa gerakan mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Asahan   gruduk Polres Asahan untuk meminta kasus dugaan penganiayaan seorang siswa yang diduga dilakukan oknum polisi setelah menonton balap lari di Desa Sei Lama, Simpang Empat, Kabupaten Asahan, Rabu (12/3/2025).

Ketua GMKI Asahan, Chrisye Sitorus mengaku aksi ini dilakukan sebagai bentuk solidaritas mahasiswa bersama Masya yang peduli dengan kasus dugaan penganiayaan tersebut.

"Hari ini, kami berdiri di Asahan untuk bentuk solidaritas dan saksi damai terhadap kasus dugaan penganiayaan yang diduga dilakukan oleh oknum yang seharusnya menjadi pengayom, dan pelindung masyarakat. Namun, hari ini adik kami menjadi korban," ungkap Chrisye.

Lanjutnya, aksi ini dilakukan untuk menuntut kepada Kapolres Asahan mengusut dan menyelidiki kasus ini hingga selesai. 

"Kami kemari untuk meminta Kapolres untuk mengusut. Kami sangat menyayangkan adanya tudingan yang diarahkan kepada korban bahwa pecandu narkoba. Korban ini anak-anak baik," ungkapnya.

Sumber: tribunnews

Komentar