Dikecam Publik! Begini Klarifikasi Hasan Nasbi Usai Bikin Heboh Soal Teror Kepala Babi Jurnalis Tempo Dimasak Saja

- Sabtu, 22 Maret 2025 | 20:35 WIB
Dikecam Publik! Begini Klarifikasi Hasan Nasbi Usai Bikin Heboh Soal Teror Kepala Babi Jurnalis Tempo Dimasak Saja




NARASIBARU.COM - Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi meluruskan pernyataannya terkait insiden teror kepala babi ke Kantor Tempo yang ia sebut "dimasak saja".


Menurut Hasan, pernyataan tersebut justru mencerminkan sikap jurnalis Tempo, Francisca Christy Rosana alias Cica, yang menanggapi teror tersebut dengan santai.


Untuk diketahui, teror kepala babi itu ditujukan kepada Francisca, yang merupakan host siniar Bocor Alus Politik. 


Hasan menyatakan dirinya sepakat dengan cara Francisca menyikapi ancaman tersebut.


"Padahal kan saya mengutip dari X-nya Francisca, wartawati yang dikirimi kepala babi itu. Saya tuh sebenernya jarang sepakat sama Tempo lho, ya tapi saya setuju dengan cara Francisca merespons itu. Saya justru setuju dengan cara dia merespons kiriman kepala babi itu, itu kan cara yang sudah tua, cara-cara sudah lama, dan dengan dia merespons gitu buat saya respons yang bagus," kata Hasan kepada wartawan, Sabtu 22 Maret 2025.


Melecehkan Peneror


Hasan menegaskan bahwa tujuan utama teror semacam itu adalah menciptakan ketakutan. 


Namun, menurutnya, Francisca justru melecehkan si peneror dengan sikapnya yang santai, yang berarti ancaman tersebut gagal menimbulkan efek yang diharapkan.


"Makanya saya menyempurnakan caranya meresponsnya aja, karena memang yang teror itu, tujuan orang ngasih teror itu menciptakan ketakutan. Justru itu cara melecehkan peneror yang bagus itu dengan cara kaya gitu, cara Francisca itu menurut saya cara bagus untuk melecehkan si pengirim kepala babi itu, dan saya mendukung dia untuk melakukan itu, biar tujuan si peneror enggak sampai kan," ujarnya.


Lebih lanjut, Hasan menjelaskan alasan di balik pernyataan "Dimasak saja," yang menuai perhatian publik.


"Dan kalau saya ya karena saya tahu dari X-nya dia makan daging babi ya saya bilang kalau dikirim gitu cara melecehkan peneror yang lebih paripurna lagi ya dimasak," lanjutnya.


Ingatkan Insiden Bom Sarinah


Hasan juga menyinggung peristiwa bom Sarinah tahun 2016 sebagai contoh bagaimana masyarakat Indonesia merespons ancaman dengan cara yang tidak memberi ruang bagi teror untuk menimbulkan ketakutan.


"Waktu bom Sarinah kenapa Indonesia jadi pembicaraan dunia karena lagi ada bom tapi orang kumpul ramai-ramai, ada penjual kacang, ada penjual sate, makanya Pak Jamal itu jadi legend karena dia jualan sate di tengah bom. Dan muncul hashtag kami tidak takut kan waktu itu. Karena apa itu dilecehkan aja sama warga Jakarta waktu itu. Bom Sarinah itu nggak dianggap sama warga Jakarta, tapi dilecehkan saja," ujarnya.


Dukung Kebebasan Pers


Menutup pernyataannya, Hasan menegaskan bahwa maksudnya bukan meremehkan teror terhadap Tempo, tetapi justru mendukung sikap Francisca dalam menghadapi ancaman tersebut.


"Saya setuju dengan cara dia (Francisca) merespons teror itu, dan saya ngomong gitu dalam rangka mendukung dia (Francisca) merespons teror itu, bukan menganggap remeh teror ke Tempo, tapi justru si peneror ini harus kita lecehkan, kalau kepala babinya dimasak kan berarti terornya nggak berhasil," katanya.


Selain itu, Hasan juga memastikan bahwa pemerintah tetap menjunjung tinggi kebebasan pers dan tidak ada upaya untuk membungkam media, termasuk yang kerap bersikap kritis terhadap pemerintah.


"Saya kan sudah bilang bahwa kalau dari pemerintah tidak pernah ada pengekangan apa-apa terkait kebebasan pers. Makanya media-media yang paling kritis sekalipun tetap bisa menulis berita, bahkan tetap ada di istana. Di istana tidak ada sensor media ini kritis, media ini kritis, kan tidak. Sejauh ini bisa liputan di istana dan kementerian lain juga," tegasnya.


Hasan menekankan bahwa kebebasan pers di Indonesia bukan hanya teori, tetapi sudah terbukti nyata.


"Kalau dari pemerintah kan sudah terbukti, jadi kalaupun ditanyakan kita pakai bukti aja jawabnya, nggak ada yang disensor, nggak ada yang dihalang-halangi, boleh nulis berita bahkan boleh siaran. Sekeras apa pun kontennya mereka, itu kan bukti, kalau dari pemerintah penghargaan kebebasan pers itu bukan sekadar teori tapi udah nyata," tutupnya.


Sumber: VIVA

Komentar