Anies Jadi Simbol Oposisi Lewat Kritikan

- Minggu, 16 Maret 2025 | 14:10 WIB
Anies Jadi Simbol Oposisi Lewat Kritikan



NARASIBARU.COM -Ceramah mantan Gubernur Jakarta Anies Baswedan di Masjid ITB dan UGM masih menjadi perbincangan hangat di tengah masyarakat

Direktur Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno menilai pernyataan Anies belakangan sarat kritik terhadap pemerintahan Presiden ke-7 RI Joko Widodo alias Jokowi dan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia.


Menurut Adi, kehadiran Anies di berbagai acara  masih menarik perhatian publik dan mendapat sambutan hangat. Bagi banyak orang, Anies tetap menjadi sosok yang menginspirasi meskipun tidak lagi berada di panggung politik.

"Sekalipun Anies itu bukan pejabat publik, bukan siapa-siapa hanya sebatas rakyat biasa tapi setiap pernyataan-pernyataan Anies itu sangat quotable, di mana selalu memancing reaksi yang terbelah ada yang pro dan kontra," kata Adi lewat kanal YouTube miliknya, Minggu 16 Maret 2025.

Namun, di sisi lain, ia juga tak luput dari serangan balik. Banyak yang menyebutnya sebagai pengangguran politik yang sekadar mencari panggung dengan menjadikan masjid sebagai tempat menyampaikan kritiknya.

"Kenapa Anies selalu menjadi pembicaraan ya tentu tidak terlepas dari sosoknya mantan gubernur, yang kedua dinilai sebagai simbol oposisi," jelas Adi.

Terlepas dari berbagai respons yang muncul, satu hal yang pasti mantan Capres Koalisi Perubahan itu masih menjadi sosok yang berani bersuara. 

"Yang paling penting adalah pikiran-pikiran kritisnya yang kemudian selalu memberikan narasi berhadap-hadapan dengan pemerintah di tengah begitu banyak kekuatan-kekuatan politik yang lebih memilih sami’na wa atho’na," tandas Adi Prayitno.

Pada saat ceramah di UGM, Anies mengungkapkan bahwa demokrasi bisa mati ketika aturan main diubah secara sepihak, lawan politik disingkirkan dari kontestasi, dan wasit (penyelenggara pemilu) dikuasai oleh pihak tertentu.

Anies juga menjelaskan bahwa demokrasi yang sehat ditandai dengan keberadaan oposisi, pembagian kekuasaan, serta kebebasan berbicara.

Sumber: RMOL 

Komentar