MIRIS! Upload Video Bonus Demografi, Wapres Gibran Malah Kena Bully, Hampir 30.000 Warganet Kasih Dislike

- Senin, 21 April 2025 | 20:50 WIB
MIRIS! Upload Video Bonus Demografi, Wapres Gibran Malah Kena Bully, Hampir 30.000 Warganet Kasih Dislike




NARASIBARU.COM - Gebrakan yang dilakukan Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia, Gibran Rakabuming Raka rupanya tidak diterima masyarakat.


Upanya mengingatkan masyarakat soal pentingnya bonus demografi bagi Indonesia itu berujung pada perundungan.


Penolakan itu terlihat dari video monolog yang diunggah putra mantan Presiden Republik, Joko Widodo atau Jokowi itu lewat akun Youtube pribadinya @Gibran Rakabuming.


Dalam video yang diunggahnya pada Sabtu (19/4/2025), Gibran mengunggah sebuah video berjudul 'Generasi Muda, Bonus Demografi dan Masa Depan Indonesia'.


Selama sekira enam menit, Gibran mengungkapkan pandangannya soal bonus demografi yang dimiliki Indonesia, sekaligus peluang dan tantangannya.


Menurutnya Indoensia kini tengah berada di momen yang sangat menentukan masa depan bangsa.


Mengingat sejumlah tantangan global sudah di hadapkan di depan mata, mulai dari perang dagang Amerika Serikat-China, Perang di Eropa hingga sejumlah isu mengenai geopolitik dan perubahan iklim.


Meski narasi yang dibawakan Gibran sangat menarik, kebanyakan masyarakat justru mengomentari gestur hingga gaya bahasa Gibran dalam video monolognya.


Tak hanya itu, bukannya meresapi pesan yang disampaikan Gibran, warganet justru sibuk menghitung jumlah like dan dislike videonya.


Satu di antaranya adalah Maudy Asmara lewat akun X atau twitternya @Mdy_Asmara1701 pada Senin (21/4/2025).


Dirinya mengunggah tangkapan layar analytic postongan video monolog Gibran.


Selama dua hari sejak video terunggah, tepatnya hingga Senin (21/4/2025) pukul 13.00 WIB, video Gibran tersebut katanya telah ditonton lebih dari 280.000 kali.


Dari penonton yang menyaksikan video itu, di antaranya sebanyak 2.600 orang memberikan like atau menyukai.


Sedangkan yang tidak menyukai video atau dislike tembus hampir 30.000 orang.


Jumlah tersebut diketahui naik dua kali lipat dari pantauan pada sehari sebelumnya, yakni disukai sebanyak 1.800 orang dan tidak disukai 12.000 orang. 


"Di Youtube nggak kelihatan dislikenya berapa Setelah dicek langsung melesat 28k," tulis Maudy Asmara pada Senin (21/4/2025).


πŸ‘‡πŸ‘‡




Tak hanya Maudy, video monolog Gibran pun diserbu masyarakat.


Mereka menuliskan beragam komentar negatif di dalamnya.


Satu di antaranya adalah mengkritik kemampuan komunikasi publik Gibran.


@deliyagendhis4245: Siapa yang Kesini cuma mau liat komen2 tp skip isi video nya coba cung


@rsydnrdn: Anda jangan pernah sekali kali berpikir bahwa video anda ini keren atau menginspirasi


@FidoVito-y5o: 90 persen komentarnya negatif. Ini bukti, bhw rakyat tidak menyukai gibran sebagai wapres.


@NSaysSilly: aku sampe sini langsung pause vidoenya, lanjut ke sesi komentarnya, mantap


@audiraafian: Salut sama editornya kuat ngedit video ini sambil liat muka doi selama berjam jam


@WildanKhatami23: bang fufufafa bikin teks naskah pake chatgpt apa gemini?


@muhammadtoha9094: Kosongnya natural


@mirfan2007: ini persis powerpoint kelas anak SMA sih, cuma meperjelas yang sudah jelas, dan sama sekali tidak mau menyebut pemerintah sebagai yg bertanggung jawab memajukan perekonomian wkwkw


@mikoanjasmoro: Bonus demografi: Kerjaan dicarikan orang tua


@EineLernende: Di sini lo mengapresiasi film Jumbo, tapi belakangan aktualisasi lo dan orang2 pemerintahan malah membuat para animator hampir sekarat dengan maraknya kalian menggunakan animasi AI. Apa yang dikatakan gak sejalan dengan realita.


@nidapriatna4070: Terima kasih sudah memberi contoh bahwa sekolah itu penting, nilai itu patut diperjuangkan, dan perlunya berdikari diatas kaki sendiri, bukan dibantu cari kerja mati-matian oleh orangtua.


Pesan Gibran Dalam Video Monolognya


Dalam video monolog yang diunggah di YouTube pribadinya, anak sulung mantan Presiden Joko Widodo itu mengungkapkan pandangannya.


Menurut Gibran, Indonesia saat ini berada dalam momen yang sangat menentukan di tengah tantangan global, baik itu perang dagang, geopolitik, hingga perubahan iklim.


Menurutnya, Indonesia sebagai negara besar tetap harus tumbuh, lincah, dan adaptif.


"Teman-teman, tantangan ini memang ada. Bahkan begitu besar, tapi yakinlah peluang kita juga jauh lebih besar," kata Gibran dalam video yang diunggah, Sabtu (19/4/2025).


Gibran mengatakan, lebih dari separuh atau sebanyak 208 juta penduduk Indonesia pada kurun 2030-2045 akan berada pada usia produktif.


"Sebuah kondisi yang terjadi hanya satu kali dalam sejarah peradaban sebuah bangsa. Kesempatan ini tidak akan terulang, di mana sekitar 208 juta penduduk kita akan berada di usia produktif," kata Gibran.


Gibran menilai, hal ini merupakan peluang besar dan kesempatan emas bagi Indonesia.


"Agar bukan menjadi sekadar bonus, bukan menjadi sekadar angka statistik yang fantastis, tapi sebagai jawaban untuk masa depan Indonesia," sambungnya.


Kakak dari Kaesang Pangarep itu mendorong generasi muda untuk menyiapkan diri, memiliki mimpi besar, dan keberanian membuat terobosan.


Ia juga mengingatkan generasi muda untuk beradaptasi dan menjadi tonggak kemajuan.


"Karena penentu di era kompetisi saat ini bukan siapa yang paling kuat, tapi siapa yang paling cepat belajar, cepat beradaptasi, dan cepat memanfaatkan peluang," ujar Gibran.


Dalam video itu, Gibran juga membahas soal film Jumbo sebagai tanda era baru industri film animasi Indonesia.


"Akan ditayangkan di 17 negara Asia dan Eropa. Ini menjadi era baru industri animasi Indonesia," ujar Gibran.


Gibran mengatakan, pencapaian film Jumbo menjadi bukti kemampuan anak muda Indonesia.


Selain film Jumbo, menurutnya, kemampuan generasi muda juga terlihat dari keberhasilan Timnas Indonesia usia 17 tahun (Timnas U-17) yang lolos kualifikasi Piala Dunia.


Oleh karenanya, kata dia, generasi muda yang jumlahnya akan mencapai puncak pada 2030-2045 bukan sekadar bonus demografi, melainkan jawaban masa depan.


"Kita lihat sendiri saat ini banyak anak-anak muda kita yang sudah tampil di garis depan,” ujar Gibran.


Pernyataan Gibran dalam video lantas membuat publik gerah, terutama saat ia ikut menyoroti kesuksesan film animasi Jumbo yang dibuat oleh animator lokal.


Sebab, selama ini Gibran dikenal gencar mempromosikan Artificial Intelligence (AI) yang mengancam profesi animator.


Netizen pun melayangkan kritik dan berbondong-bondong menyambangi akun YouTube Gibran untuk memberikan dislike atau tanda tidak suka dengan video yang dibuat.


Kolom komentar YouTubenya pun penuh dengan luapan kemarahan netizen.


Pandangan Pengamat Soal Video Gibran


Peneliti Senior Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Lili Romli menilai, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka tengah berupaya mencari perhatian publik dengan merilis video monolog dengan tema bonus demografi tersebut.


Lili menyatakan, tindakan tersebut adalah hal wajar karena tindakan seorang pejabat politik seperti Gibran sarat akan motif politik.


"Setiap pejabat politik, apalagi setingkat Wapres, setiap tindakan dan ucapannya cenderung memiliki atau bermotif politik. Begitu juga publik cenderung akan menilai seperti itu, ada motif politik, tidak dalam ruang yang vakum,” ujar Lili saat dihubungi pada Minggu (20/4/2025).


β€œNah, tampaknya Wapres, melalui tim medianya, mencoba menarik perhatian publik, khususnya kalangan muda, dengan mengusung tema bonus demografi yang disampaikan secara monolog tersebut,” imbuh dia.


Menurut Lili, motif politik itu semakin terlihat karena seorang Wakil Presiden pada umumnya hanya menunggu tugas yang diberikan Presiden karena Wakil Presiden adalah pembantu Presiden.


Namun, langkah Gibran membuat video monolog dinilai memperjelas maksud politik di baliknya.


Lili melanjutkan, monolog yang dibawakan Gibran dengan gaya terstruktur dan sistematis merupakan bagian dari strategi komunikasi politik untuk menarik simpati generasi muda.


Sebab, dengan format monolog, Gibran dapat menghindari risiko salah ucap dan terlihat lebih menarik di mata publik.


Isu bonus demografi yang diangkat Gibran juga dinilai menyentuh kegelisahan generasi muda tentang masa depan mereka.


"Dengan disampaikan secara monolog, dengan tutur kata yang teratur dan sistematis, jika direspons postif oleh kalangan muda tentu bisa menyedot perhatian dan simpati. Ini bisa menjadi modal sosial dan politik untuk Wapres ke depan," kata Lili.


Meski begitu, Lili mewanti-wanti bahwa video monolog Gibran bisa menuai respons negatif jika hanya dianggap sebagai alat pencitraan semata.


Terlebih, banyak publik menganggap cara berbicara Gibran secara langsung tidak sebagus yang ditampilkan dalam video monolog tersebut.


"Bisa jadi publik merespons negatif karena, seperti diketahui, bila berbicara secara langsung, tidak sebagus bicara monolog tersebut. Tentu kalau dianggap negatif, dinggap angin lalu saja, dianggap bagian dari pencitraan," pungkas Lili.


Sumber: Tribun

Komentar