7 Fakta di Balik Mualafnya Jenderal Kopassus Lodewijk F Paulus, Sempat Diancam Bakal Masuk Neraka

- Sabtu, 26 April 2025 | 15:45 WIB
7 Fakta di Balik Mualafnya Jenderal Kopassus Lodewijk F Paulus, Sempat Diancam Bakal Masuk Neraka




NARASIBARU.COM - Lodewijk Freidrich Paulus bukan sekadar nama besar di lingkaran militer Indonesia. 


Ia dikenal sebagai sosok yang menorehkan sejarah penting di Korps Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat serta menapaki karier politik nasional yang tak kalah mengesankan.


Namun, di balik segala prestasi dan sorotan publik tersebut, tersimpan kisah pergulatan batin dan spiritual yang jarang diungkap secara luas: perjalanan Lodewijk Freidrich Paulus menjadi seorang mualaf.


Bagi sebagian orang, perpindahan agama adalah keputusan personal. 


Namun, bagi Lodewijk Freidrich Paulus, keputusannya untuk memeluk Islam bukan hanya soal keyakinan, tetapi juga melibatkan tantangan, tekanan sosial, hingga risiko yang berkaitan langsung dengan karier dan keluarganya.


Inilah 7 Fakta di Balik Keputusan Lodewijk Freidrich Paulus Menjadi Mualaf:


1. Perwira Tangguh dengan Jejak Gemilang di Kopassus

Sejak lahir di Manado pada 27 Juli 1957, Lodewijk Freidrich Paulus tumbuh dalam lingkungan keluarga Kristen Protestan yang taat. Masa kecil hingga remajanya dijalani di bawah nilai-nilai ajaran agama lamanya.


Karier militernya pun cemerlang, dimulai sejak lulus dari Akademi Militer (Akmil) tahun 1981. 


Bagi rekan-rekan sejawat, Lodewijk adalah contoh nyata prajurit yang disiplin, berprestasi, dan selalu tampil sebagai pemimpin di setiap kesempatan.


Perjalanan di militer membawanya ke posisi-posisi strategis: dari Komandan Satuan 81/Gultor Kopassus (2001-2003), Komandan Jenderal Kopassus (2009-2011), Panglima Kodam I/Bukit Barisan (2011-2013), hingga Komandan Kodiklat TNI AD (2013-2015).


Dengan reputasi seperti itu, tak heran jika nama Lodewijk Freidrich Paulus selalu disebut dalam jajaran perwira tinggi yang disegani, bahkan setelah purnatugas dari dunia militer.


2. Keteguhan Hati di Tengah Tantangan Berat

Di balik wajah garang seorang jenderal Kopassus, tersimpan perjalanan spiritual yang sarat ujian. 


Lodewijk Freidrich Paulus mengaku, “Saya menjadi mualaf (masuk Islam) ketika (berpangkat) mayor,” ungkapnya dalam sebuah forum di Bandar Lampung pada Januari 2019, yang juga dihadiri banyak tokoh dan masyarakat setempat.


Pernyataan ini menjadi titik awal pengakuan publik atas pergolakan batinnya, jauh sebelum namanya menjadi headline di dunia politik.


Keputusan untuk memeluk Islam tidak datang secara tiba-tiba. Dalam pengakuannya, Lodewijk Freidrich Paulus menuturkan bahwa proses menuju mualaf adalah perjalanan panjang yang dipenuhi diskusi batin, pertimbangan rasional, serta pertentangan internal maupun eksternal.


Bahkan, tidak sedikit keluarga dan kolega yang terang-terangan menolak niatnya.


“Saya (kalau memeluk Islam) dikatakan akan masuk neraka,” kenangnya, menegaskan betapa berat tekanan sosial dan psikologis yang harus dihadapinya.


3. Peran Meria Agustina dalam Hidup Lodewijk Freidrich Paulus

Tak dapat dipungkiri, kehadiran Meria Agustina sebagai sosok wanita Muslim yang dicintai menjadi salah satu faktor penentu dalam perjalanan spiritual Lodewijk. 


Sebelum menikah, hubungan mereka penuh lika-liku, terutama soal perbedaan keyakinan.


Namun, bagi Lodewijk Freidrich Paulus, cinta bukanlah sekadar soal perasaan, melainkan juga komitmen untuk menata kehidupan bersama secara harmonis.


Sikap terbuka dan dialog yang intens dengan keluarga menjadi bagian dari upayanya untuk mempertemukan dua dunia yang berbeda. 


Meski mendapatkan banyak penolakan, ia tetap konsisten untuk melangkah sesuai keyakinan hatinya.


“Ada keluarga yang terang-terangan menolak,” aku Lodewijk. 


Bahkan, ancaman masuk neraka dan kekhawatiran karier militernya bakal terhambat pun diterimanya dengan lapang dada.


4. Ancaman Sosial dan Potensi Karier Mandek

Selain tantangan dari keluarga, Lodewijk Freidrich Paulus juga menghadapi ancaman serius yang berkaitan langsung dengan karier militernya.


Tak sedikit yang memperingatkan, “Kariermu bisa mandek kalau masuk Islam,” demikian kata-kata yang didengar Lodewijk dari berbagai pihak.


Namun, seperti diungkapkannya dalam wawancara di Lampung, Lodewijk tetap teguh pada pendirian. 


Ia membuktikan bahwa keyakinan terhadap agama baru tak sedikitpun menghalangi langkahnya dalam berkarier.


“Kepindahan saya dari agama Kristen Protestan tidak membuat karier saya terhambat,” tegasnya. 


Bahkan, justru setelah menjadi Muslim, berbagai kemudahan dan nikmat ia dapatkan, mulai dari promosi jabatan hingga kelancaran dalam menjalani tugas-tugas berat di militer.


5. Menunaikan Ibadah Haji sebagai Puncak Keimanan

Komitmen Lodewijk Freidrich Paulus sebagai seorang Muslim tidak berhenti pada formalitas administratif saja. 


Pada tahun 2012, saat menjabat sebagai Pangdam I/Bukit Barisan, ia menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. Pengalaman ini menjadi tonggak penting dalam perjalanan spiritualnya.


Bagi banyak orang, ibadah haji bukan hanya ritual keagamaan, tetapi juga puncak dari perjalanan iman seorang Muslim.


Menunaikan ibadah haji bagi Lodewijk Freidrich Paulus adalah wujud nyata dari totalitas keislamannya. 


Langkah ini sekaligus menegaskan bahwa keputusannya untuk menjadi mualaf bukanlah sekadar mengikuti keinginan pribadi atau tekanan eksternal, melainkan keputusan matang dan penuh kesadaran.


Pengalaman spiritual di Tanah Suci pun menjadi momentum reflektif yang memperkuat keyakinannya sebagai seorang Muslim.


6. Transisi Karier

Setelah menuntaskan pengabdian di dunia militer, Lodewijk Freidrich Paulus memilih terjun ke dunia politik. 


Tahun 2016, ia resmi bergabung dengan Partai Golkar, partai politik yang memiliki basis massa luas dan sejarah panjang di Indonesia.


Keberadaannya di Partai Golkar bukan sekadar pelengkap, melainkan sebagai figur sentral yang dipercaya menempati berbagai jabatan strategis, seperti Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar dan Wakil Ketua DPR RI Bidang Politik dan Keamanan.


Karier politiknya semakin cemerlang ketika pada Pemilu 2019, Lodewijk Freidrich Paulus terpilih menjadi anggota DPR RI dari daerah pemilihan Lampung I.


Tidak berhenti di situ, pada 30 September 2021, ia dilantik sebagai Wakil Ketua DPR RI Bidang Politik dan Keamanan. 


Bahkan, sejak Oktober 2024, Lodewijk dipercaya menjadi Wakil Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan di Kabinet Merah Putih pemerintahan Prabowo-Gibran. 


Konsistensi dan integritas menjadi modal utama dalam setiap langkahnya, baik di militer maupun di dunia politik.


7. Keberanian Memilih Jalan Sendiri

Kisah hidup Lodewijk Freidrich Paulus sarat dengan pelajaran tentang keteguhan, keberanian, dan konsistensi. 


Dari keputusan besar untuk menjadi mualaf hingga membuktikan bahwa pilihan spiritual tidak harus menghambat karier atau merusak hubungan keluarga, Lodewijk adalah representasi nyata dari sosok yang teguh memegang prinsip.


Dalam banyak kesempatan, Lodewijk Freidrich Paulus selalu menekankan pentingnya ketulusan dan kejujuran dalam menjalani kehidupan. 


Ia juga mengajak siapapun untuk berani mengambil keputusan besar, walau penuh risiko, asalkan yakin pada kebenaran pilihan sendiri.


“Saya bersyukur setelah menjadi Muslim, karena mendapatkan banyak nikmat dan kemudahan,” ungkapnya, menjadi bukti bahwa keberanian memilih jalan hidup sendiri pada akhirnya akan mendatangkan keberkahan.


Perjalanan hidup Lodewijk Freidrich Paulus bukan hanya kisah sukses seorang perwira tinggi atau politisi nasional. 


Lebih dari itu, ia telah menjadi inspirasi bagi banyak orang tentang pentingnya konsistensi dalam keyakinan dan keteguhan hati dalam menghadapi tantangan hidup. 


Keputusannya untuk menjadi mualaf, meski penuh risiko, membuktikan bahwa setiap individu berhak menentukan jalan hidupnya sendiri.


Bagi generasi muda Indonesia, cerita Lodewijk Freidrich Paulus adalah cermin tentang keberanian dan integritas. 


Setiap pilihan besar dalam hidup, terutama terkait keyakinan, memang tidak mudah dan seringkali harus dibayar dengan harga mahal.


Namun, seperti yang telah dialami Lodewijk, keyakinan yang dijalani dengan sungguh-sungguh akan membawa keberkahan, kemudahan, dan bahkan pintu-pintu rezeki yang tak terduga.


Lodewijk Freidrich Paulus kini dikenal luas bukan hanya sebagai legenda Kopassus atau politisi senior Partai Golkar, melainkan juga sebagai simbol keberanian mengambil keputusan besar dan konsisten menjalaninya hingga tuntas.


Kisahnya menjadi pengingat bahwa setiap manusia berhak atas kebebasan menentukan masa depan, tanpa perlu takut terhadap ancaman atau tekanan dari siapapun.


Sumber: SindoNews

Komentar